Analisis Kesalahan Berbahasa - Kesalahan Pemilihan Kata


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
          Bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum dalam Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar. Semua warga negara Indonesia juga wajib membina dirinya masing-masing dalam pemakaian bahasa Indonesia agar bahasa itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Sebagai pemakai bahasa, warga negara Indonesia tersebut sudah sepatutnya dapat menggunakan kosakata yang dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat, tulisan atau pembicaraan tidak mustahil akan membingungkan pembaca atau pendengarnya. Akibat pemilihan kata yang kurang tepat, kalimat menjadi samar-samar.

Ada juga pemilihan kata yang tidak tepat yang masih dapat dipahami oleh orang lain, tetapi dari segi kaidah bahasa, kata yang dipilihnya tidak termasuk kata yang baku. Dalam kaitan inilah, pentingnya pemilihan kata itu dilakukan dengan cermat agar kalimat yang disusun dapat dicerna dan dipahami pembaca atau pendengarnya dengan baik. Misalnya, sangat banyak penggunaan kata daripada bukan pada tempatnya. Sebaliknya, ungkapan yang mesti menggunakan daripadamalah diganti dengan kata yang lain.
Dari masalah pemakaian bahasa Indonesia yang kurang tepat inilah, penulis membuat makalah tentang kesalahan pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Penulis akan menjelaskan jenis-jenis kesalahan pemilihan kata yang berkaitan dengan faktor kebiasaan penggunanya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalahnya adalahsebagai berikut.
1.         Apa pengertian pemilihan kata secara umum?
2.         Apa saja faktor penyebab kesalahan pemilihan kata?
3.         Apa saja contoh kesalahan pemilihan kata dan bagaimana seharusnya pemilihan kata yang benar?

C.      Tujuan
Mengacu pada beberapa masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan pengertian pemilihan kata secara umum.
2.      Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor penyebab kesalahan pemilihan kata.
3.      Menjelaskan contoh kesalahan pemilihan kata dan perbaikan terhadap kesalahan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pemilihan Kata Secara Umum
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.Dalam KBBI (2002 : 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Menurut Gorys Keraf (2002) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi antaranya:
1.       Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata–kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
2.      

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar .
3.       Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Berikut adalah pengertian pemilihan kata menurut para ahli.
1.      Menurut Nurgiantoro (1998: 290) diksi adalah komunikasi yang dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-ktanya tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki.
2.      Menurut Adul Chaer (1994:60) diksi adalah makna kata/ sebuah kalimat merupakan makna yang selalu tidak berdiri sendiri.
3.      Menurut Moelyono diksi adalah suatu spesifikasi di dalam kosa kata.
4.      Menurut Enre (1998:101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

B.       Faktor Penyebab Kesalahan Pemilihan Kata
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat dan paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku. Kesalahan pemilihan kata juga merupakan satu diantara kesalahan berbahasa.
Sebagai pemakai bahasa, warga negara Indonesia sudah sepatutnya dapat menggunakan kosakata yang dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan kosakata tidak tepat, tulisan atau pembicaraan tidak mustahil akan membingungkan pembaca atau pendengarnya.  Berikut ini adalah tiga faktor penyebab kesalahan pemilihan kata.
1.      Kurangnya Kosa Kata
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Selain itu, orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya, orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu.
2.      Kurangnya Pengetahuan Tentang Proses Pembentukan Kata
Seseorang yang tidak mengetahui cara atau proses pembentukan kata akan sulit membentuk kalimat yang terdiri dari beberapa kata sehingga dalam penulisan atau penuturannya masih terdapat banyak kesalahan. Proses pembentukan kata dapat diperoleh dengan memahami Ejaan yang Disempurnakan (EYD), fonologi, kata umum dan kata khusus, penggunaan klitika akhiran -ku,-mu,-nya maupun penggunaan klitika kata ganti -nya dan penggunaan klitika -kah dalam kalimat.
3.      Kekurangpahaman Pemakai Bahasa Terhadap Makna Kata yang Dipakainya
Dalam hal ini, pemakai bahasa kurang mengerti atau bahkan tidak mengerti dengan makna kata yang digunakannya saat berbahasa secara lisan maupun tulisan sehingga kata yang dipilihnya tidak sesuai dengan kaidah yang sebenarnya. Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Denotatif adalah makna yang sebenarnya sedangkan konotatif adalah makna kiasan atau bukan makna sebenarnya.

C.      Contoh Kesalahan Pemilihan Kata dan Perbaikan Terhadap Kesalahan Tersebut
1.      Tipe Adik rangking berapa?
Kata ranking (Inggris) berarti ‘pemeringkatan’ yang berasal dari kata dasar rank yang berarti ‘peringkat’. Jika kata ranking yang digunakan dalam pengertian peringkat, seperti dalam pertanyaan Adik sudah kelas berapa atau Adik sudah tanking berapa?,  jelas pemakaian itu tidak tepat. Ranking (yang berarti ‘pemeringkatan’) berinti ‘hal, perbuatan, cara menyusun urutan berdasarkan tolok ukur tertentu’, seperti jumlah nilai mata pelajaran dalam rapor seorang anak. Kedudukan anak tersebut dalam kelasnya disebut peringkat atau rank.
Bentuk tidak baku
a.       Adik ranking berapa?
b.      Dia anak yang pintar di kelasnya, pada kenaikan kelas dia ranking pertama.
Bentuk baku
a.       Adik peringkat berapa?
b.      Dia anak yang pintar di kelasnya, pada kenaikan kelas dia peringkat pertama.
2.      Tipe dan lain sebagainya
Setengah orang menggunakan bentuk dan lain sebagainya alih-alih dan lain-lain atau dan sebagainya. Tampak pada dan lain sebagainya dua bentuk berlainan diambil sebagian-sebagian, kemudian digabungkan sehingga dihasilkan bentuk rancu, dan lain sebagainya. Bentuk yang benar adalah satu diantara keduanya, yakni dan lain-lain atau dan sebagainya.
Bentuk tidak baku
a.       KUD Tani Binangun memberikan bantuan kepada petani berupa bibit, pupuk, obat, dan lain sebagainya.
Bentuk baku
a.       KUD Tani Binangun memberikan bantuan kepada petani berupa bibit, pupuk, obat, dan lain-lain.
3.      Tipe baik … ataupun
Pasangan baikmaupun… sudah merupakan pasangan yang idiomatis. Pasangan baik… maupun… merupakan pasangan tetap, yang unsur-unsurnya tidak boleh diceraikan atau diganti dengan unsur lain. Apabila pasangan baik… maupun… diubah menjadi baik… ataupun… atau baik… atau…, kedua pasangan terakhir ini tergolong tidak baku. Bentukan seperti ini hanya boleh digunakan dalam bahasa cakapan (lisan) yang tidak resmi. 
Perhatikan contoh pemakaiannya.
Bentuk tidak baku
“Tuan Emohngaku selalu menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah, baik ketika diperiksa oleh ketua RT ataupun ketika  diperiksa oleh polisi.”
Dalam kalimat di atas terdapat pasangan baik… ataupun yang harus diperbaiki menjadi sebagai berikut.
Bentuk yang dianjurkan
“Tuan Emohngaku selalu menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah, baik ketika diperiksa oleh ketua RT maupun ketika diperiksa oleh polisi.”
4.      Tipe bukan…, tetapi…
Dari segi informasinya, pasangan bukan…, tetapi… tidak akan mengubah makna. Pasangan itu bermaksud mempertentangkan dua hal, yakni menegasikan sesuatu dan mengiyakan yang lain. Seharusnya, yang dinegasikan oleh kata bukan adalah nomina. Oleh karena itu, untuk mengiyakannya pun harus digunakan kata yang cocok untuk kata benda, yakni melainkan. Mari kita bandingkan dua bentuk berikut.
Bentuk tidak baku
“Dukungan ini bukan hanya dari keluarganya dan bermasyarakat, tetapi juga dari seluruh system pelayanan kesehatan.”
Jika kalimat ini digunakan dalam situasi resmi, seperti pada makalah untuk dibahas dalam seminar, ungkapan yang cermat adalah sebagai berikut.
Bentuk baku
“Dukungan ini bukan hanya dari keluarganya dan masyarakat, melainkan juga dari seluruh system pelayanan kesehatan.”
5.      Tipe tidak…, melainkan…
Pasangan ini merupakan kebalikan pasangan tipe 2. Kata yang dipakai untuk menegasikan sesuatu dalam pasangan ini adalah tidak. Menurut ketentuan, kata tidak digunakan untuk menegasikan selain nomina, seperti verba dan adjektiva. Misalnya: tidak menulis, tidak cerdas. Akan sangat janggal jika kata tidak digunakan untuk menegasikan nomina, seperti tidak kursi, tidak mobil. Kalau begitu, kata yang tepat untuk menyatakan kebalikannya untuk selain nomina adalah tetapi.
Berdasarkan uraian tadi, pasangan yang benar adalah tidak…, tetapi…
Perhatikan pemakaian berikut.
Bentuk tidak baku
“Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan terdapat sebagai garam-garam halide yang larut dalam air laut.”
Kata terdapat bukan nomina. Penegasi yang lebih cermat adalah tidak…, tetapi.
Bentuk baku
“Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, tetapi terdapat sebagai garam-garam halide yang larut dalam air laut.”
6.      Tipe Hutan tumbuh di pegunungan maupun di daratan rendah
Kata maupun dalam contoh di atas dapat bermakna atau, dan dapat bermakna dan. Dengan demikian, pemakaian yang lebih cermat adalah atau jika bermakna ‘pemilihan’, atau dan jika bermakna ‘penjumlahan’. Kalimat yang lebih cermat seperti berikut.
Yang dianjurkan
a.    Hutan tumbuh di pegunungan atau di daratan rendah.
b.    Hutan tumbuh di pegunungan dan di daratan rendah.
7.      Tipe bertujuan untuk
Terasa berlebihan jika kata bertujuan dikombinasikan dengan kata untuk. Mengapa bertujuan untuk tergolong ungkpan yang berlebihan? Jawabannya adalah karena kata bertujuan sendiri, secara tersirat, sudah mengandung arti untuk. Hal ini tidak disadari oleh sebagian pemakai bahasa karena itu wajarlah jika ungkapan yang mubazir itu banyak digunakan orang. Berikut contoh kalimat pada kata bertujuan untuk.
Bentuk tidak baku
a.         Keluarga berencana bertujuan  untuk menciptakan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
b.        Pemilihan Aabang dan None Jakarta bertujuan untuk melestarikan tradisi dan adat daerah Betawi.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
Bentuk baku
a.       Keluarga Berencana bertujuan menciptakan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
b.      Pemilihan Abang dan None Jakarta bertujuan melestarikan tradisi dan adat daerah Betawi.
8.      Tipe putra ibu sudah besar
Dalam bahasa Sunda atau Jawa kata putra digunakan dalam bahasa yang sopan (halus), sedangkan kata anak digunakan dalam bahasa yang tidak adab (kasar). Berdasarkan kebiasaan berbicara halus dalam bahasa Sunda atau Jawa, setengah orang memilih kata putra jika berbicara dalam bahasa Indonesia dengan maksud penghormatan kepada lawan bicara. Namun, adat bahasa Indonesia berbeda dari adat kedua bahasa daerah tersebut. Bentuk yang baku dan sopan dalam bahasa Indonesia, seperti dalam contoh berikut dan bentuk ini dapat digunakan kepada siapa pun, baik kepada teman yang akrab maupun kepada orang tua terpandang yang harus dihormati. Perhatikan penggunaan kata berikut.
Bentuk tidak baku
a.       Putra Ibu sudah berapa?
b.      Ini putra Ibu yang paling besar?
Bentuk baku
a.       Anak Ibu sudah berapa?
b.      Ini anak Ibu yang paling besar?
Kata putra dalam bahas Indonesia berarti ‘anak laki-laki’; sebagai lawan kata putri yang berarti ‘anak perempuan’. Misalnya, anak saya empat orang, tiga putra dan satu putri.
9.      Tipe Atas kunjungan bapak, saya haturkan terima kasih
Kata haturkan sering digunakan dalam menyambut tamu atau pejabat yang mengunjungi daerah atau dalam kalimat penutup surat Atas bantuan Bapak, saya haturkan terima kasih. Kata haturkan digunakan orang karena dianggap lebih sopan dan takzim, seperti halnya dalam bahasa Jawa atau Sunda. Anggapan ini tidak tepat karena bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah ucapan, mengucapkan. Adat bahasa Indonesia berbeda dari adat bahasa daerah Jawa atau Sunda.
Bentuk tidak baku     
a.       Kami menghaturkan banyak terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu dalam pertemuan ini.
b.      Atas kunjungan Bapak, saya haturkan  terima kasih.
Bentuk baku
a.       Kami mengucapkanbanyak terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu dalam pertemuan ini.
b.      Atas kunjungan Bapak, sayaucapkanterima kasih.
10.  Tipe Antara... Dengan...
Jika kebun pisang saya dibatasi oleh dua lahan milik orang lain, misalnya di sebelah utara dibatasi oleh sawah Bang Miun dan di sebelah selatan dibatasi oleh kebun jeruk Kang Kohar, saya akan mengatakan bahwa kebun pisang saya terletak antara sawah Bang Miun dan kebun jeruk Kang Kohar. Jika sebatang pohon pinang berdiri tegak di antara dua gedung, yakni Bank Central Asia dan Hotel Purnama, tentu kita akan mengatakan bahwa pohon pinang itu terletak antara gedung Bank Central Asia dan Hotel Purnama.
Pasangan antara... dan... sering tidak seperti seharusnya. Pasangan yang sering digunakan adalah antara...melawan atau antara... dengan, seperti ditampilkan berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
“Kadang-kadang terdapat perbedaan yang sangat jauh antara harapan dengan kenyataan.”
Penggunaan pasangan antara... dengan dalam kalimat di atas perlu dicermatkan menjadi sebagai berikut.
Bentuk Yang Dianjurkan
“Kadang-kadang terdapat perbedaan yang sangat jauh antara harapan dan kenyataan.”
11.  Tipe Bahwa Setiap Komponen Bangsa
Di dalam kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan hubungan tujuan atau harapan seharusnya digunakan kata penghubung agar atau supaya. Akan tetapi, tidak jarang kita mendengar pemakai bahasa yang menggunakan kata penghubung bahwa di dalam konteks seperti itu.
Misalnya:
Kalimat yang kurang tepat
a.       Presiden Gusdur menghimbau bahwa setiap komponen bangsa harus menghormati perbedaan pendapat demi tegaknya demokrasi yang sehat.
b.      Polda Metro Jaya mengharapkan bahwa selama persidangan mantan presiden, Suharto, tidak digelar aksi unjuk rasa, baik oleh kelompok yang pro maupun oleh kelompok yang kontra.
Kalimat yang tepat
a.    Presiden Gusdur menghimbau agar setiap komponen bangsa harus menghormati perbedaan pendapat demi tegaknya demokrasi yang sehat.
b.    Polda Metro Jaya mengharapkan supaya selama persidangan mantan presiden, Suharto, tidak digelar aksi unjuk rasa, baik oleh kelompok yang pro maupun oleh kelompok yang kontra.
12.  Tipe Ayo Sekolah
Keluarga Sinetron “Si Doel Anak Sekolah” yang dikomandani oleh Rano Karno membuat iklan layanan masyarakat yang intinya mengajak generasi muda untuk tidak putus asa atau tidak mudah menyerah di dalam menuntut ilmu sekalipun kesulitan demi kesulitan menghadang kita.
Di dalam bahasa formal sebaiknya pernyataan itu harus lengkap memiliki subjek kita serta verba bersekolah atau frasa preposisi ke sekolah yang menyatakan tujuan. Selain itu, kata yang resmi untuk menyatakan ajakan mari. Misalnya:
Kalimat yang kurang tepat
“Ayo, Sekolah!”
Kalimat yang tepat
“Ayo/Mari, kita bersekolah!”
“Ayo/Mari, kita ke sekolah!”
13.  Tipe Tergantung Keadaaan RRC
Bentuk tidak baku
“Namun, pada dasarnya instabilitas Hongkong ini tergantung keadaan RRC.”
Bentuk baku
“Namun, pada dasarnya instabilitas Hongkong ini bergantung pada keadaan RRC.”
14.  Tipe antara Liverpool Melawan Nottingham Forest
Bentuk tidak baku
“Besok akan berlangsung pertandingan final Piala Eropa antara kesebelasan Soviet melawan kesebelasan Belanda.”
Bentuk baku
“Besok berlangsung pertandingan final Piala Eropa antara kesebelasan Soviet dan kesebelasan Belanda.”
15.  Tipe Mereka-mereka
Bentuk tidak baku
“Maju atau mundurnya organisasi ini sepenuhnya bergantung pada tekad kita-kita ini sebagai pengurus.”
Bentuk baku
“Maju atau mundurnya organisasi ini sepenuhnya bergantung pada tekad kita ini sebagai pengurus.”
16.  Tipe Disebabkan karena
Bentuk tidak baku
“Hal itu disebabkan kemampuan Hongkong menyelamggarakan transaksi ekonomi yang demikian besar.”
Bentuk Baku
“Hal ini terjadi karena kemampuan Hongkong menyelanggarakan transaksi ekonomi yang demikian besar.”



BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Ada beberapa faktor penyebab sehingga terbentuk kesalahan pilihan kata diantaranya yaitu kurangnya kosa kata atau perbendaharaan kata, kurangnya pengetahuan tentang proses pembentukan kata, dan kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap makna kata yang dipakainya.
Satu di antara contoh kesalahan pemilihan kata adalah penggunaan kata bahwa yang tidak pada tempatnya. Seperti pada kalimat berikut.
Presiden Gusdur menghimbau bahwa setiap komponen bangsa harus menghormati perbedaan pendapat demi tegaknya demokrasi yang sehat.” Pada kalimat ini kata bahwa seharusnya diganti dengan kata agar atau supaya sehingga kalimatnya menjadi lebih sesuai.

B.       Saran
17
Kesalahan pemilihan kata harusnya lebih diperhatikan oleh pengguna bahasa karena kata yang kurang tepat akan sangat mempengaruhi makna suatu bahasa. Pembaca makalah ini diharapkan dapat membaca dan memahami literatur-literatur lain tentang kesalahan pemilihan kata agar pembaca lebih baik dalam menggunakan suatu kata yang juga mempengaruhi makna.


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.  Zaenal, dan Farid Hadi. 2009. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka  Utama.

Umar, Basri. 2012. Masalah Kesalahan Pemilihan Kata. (Online).                          (http://basriumar.blogspot.com/2012/06/makalah-kesalahan-pilihan-kata.html, dikunjungi 4 Maret 2015).

Suyadi. 2014. Kesalahan Pembentukan dan pemilihan Kata. (Online).                    (http://yadhibaghos.blogspot.com/2014/01/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata.html, dikunjungi 4 Maret 2015)

Parwiyanti, Septia. 2014. Analisis Diksi pada Puisi. (Online).             (http://septiaparwiyanti.blogspot.com/2014/01/analisis-diksi-pada- puisi.html, dikunjungi Senin, 2 Maret 2015).


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an

Pendekatan Pragmatik

Surah Al-‘Alaq