Semantik - Jenis Makna
Secara umum, makna
kata dibedakan menjadi sebagai berikut.
1.
Makna
denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna
yang terdapat dalam kamus.
2.
Makna
konotasi
Makna
konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater
tentu disamping makna dasar yang umum.
3.
Makna
leksikal
Makna
leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan
dengan makna denotasi.
4.
Makna
gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses
gramatikal.
5.
Makna
idiomatik
Makna
idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak
dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifat kiasan.
B. Jenis-jenis
makna menurut para ahli
Menurut Pateda (2010: 96),
jenis-jenis makna itu sebagai berikut.
1.
Makna afektif
Makna afektif (Inggris: affective
meaning, Belanda: affective betekenis) merupakan makna yang muncul
akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Misalnya, makna kata “anjing” dalam kalimat berikut
memiliki nilai emosi yang berbeda.
a.
Anjing itu bulunya hitam.
b.
Anjing kamu, mampuslah!
Kata anjing pada kalimat (a) menunjukkan sejenis hewan, tetapi pada kalimat (b) menunjukkan orang yang
dianggap rendah. Artinya, kata “anjing” memiliki makna yang berkaitan dengan
nilai rasa yaitu kata anjing dihubungkan dengan penghinaan dan disamakan
martabatnya dengan anjing. Makna afektif terkadang bisa menimbulkan suatu rasa
dalam benak para pendengar atau pembaca karena makna afektif berhubungan dengan
nilai rasa atau emosi pemakai bahasa, maka ada sejumlah kata yang secara
konseptual bermakna.
2.
Makna denotatif
Makna denotatif (denotative
meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan
lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa
itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang
sifatnya objektif. Contohnya, “adik kecilku sangat suka menggigit jari.”
3.
Makna deskriptif
Makna deskriptif (descriptive
meaning) yang biasa disebut pula makna kognitif (cognitive meaning)
atau makna referensial (referential) adalah makna yang terkandung di
dalam setiap kata. Contohnya, kata “pohon” bermakna
tumbuhan yang memiliki batang dan daun dengan bentuk yang tinggi besar dan
kokoh. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda
nyata, tetapi mengacu juga pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus dan
termasuk pula partikel yang memiliki makna relasional.
4.
Makna ekstensi
Makna ekstensi (extensional
meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep
(Harimurti, 1982: 103). Contohnya kata “ayah” dapat dimaknakan sebagai orang tua anak-anak, laki-laki, telah beristri, sebagai
kepala rumah tangga, atau orang yang berusaha keras mencari nafkah untuk anak
dan istrinya.
5.
Makna emotif
Makna emotif (emotive meaning)
adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara
mengenai hal yang dipikirkan atau dirasakan (Shipley, 1962: 261). Contohnya, kata
“kerbau” dalam kalimat “engkau kerbau”.
Kata itu tentu menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Artinya, kata
“kerbau” tadi mengandung makna emosi yang menghubungkan sikap atau perilaku
malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang dimaksud tentu akan
merasa tersinggung dan ingin melawan.
6.
Makna gereflekter
Makna gereflekter (Belanda: gereflecteerde
betekenis) muncul dalam hal makna konseptual yang jamak, makna yang muncul
akibat reaksi terhadap makna yang lain ( lihat, Leech, I, 1974: 33-35). Makna ini muncul karena sugesti emosional dan makna yang
berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Contohnya
kalimat ”mari kita bersetubuh!” Meskipun kalimat ini wajar dilihat dari segi struktur,
tetapi kata ini tidak pantas dikatakan
pada situasi pergaulan yang sewajarnya.
7.
Makna gramatikal
Makna gramatikal (gramatical
meaning), makna fungsional (fungsional meaning), makna struktural (structural
meaning), atau disebut juga makna internal (internal meaning) adalah
makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Contohnya makna
kata “pergi” dalam kalimat “adik pergi ke
sekolah”. Makna konteks juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu,
dan lingkungan penggunaan bahasa.
8.
Makna ideasional
Makna ideasional (idetional
meaning) adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki
konsep. Contohnya kata “demokrasi”. Konsep
makna kata “demokrasi” adalah persamaan hak
dan kewajiban seluruh rakyat. Makna ideasionalnya yakni rakyat turut memerintah
melalui wakil-wakil yang akan memimpin mereka. Rakyat berhak mengawasi jalannya
pemerintahan, tetapi rakyat berkewajiban pula untuk bersama-sama menanggung biaya pembangunan yang mereka harapkan.
9.
Makna intensi
Makna intensi (intentional
meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara (Harimurti, 1982: 103).
Contohnya kata “pencuri itu lari”. Makna
yang terkandung di dalam kata itu berarti seseorang yang dianggap pencuri yang
sedang berlari, bukannya sedang bersembunyi atau ditembak.
10.
Makna khusus
Makna khusus adalah makna kata atau
istilah yang pemakainya terbatas pada bidang tertentu. Contohnya kata
“operasi”. Bagi militer, makna kata “operasi”
dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan atau menumpas perlawanan
musuh.
11.
Makna kiasan
Makna kiasan (transfered meaning
atau figurative meaning) adalah pemakaian kata yang maknanya tidak
sebenarnya (Harimurti, 1982: 103). Contohnya kata “lapangan”. Pada kata
“bintang lapangan”, kata “lapangan”
ini bermakna kiasan yang artinya orang yang terampil bermain sepak bola.
12.
Makna kognitif
Makna kognitif (cognitive
meaning), makna deskriptif (descriptive meaning), atau makna referensial
(referential meaning) biasanya dibedakan atas hubungan antara kata dan benda
yang diacu atau disebut ekstensi/denotasi kata dan hubungan antara kata dan
karakteristik tertentu yang disebut konotasi kata (Shipley, 1962: 261). Makna
kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuanya, makna unsur bahasa yang
sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Contohnya kata “pohon”. Kata
ini bermakna tumbuhan yang tinggi, memiliki daun, dan kadang-kadang
berbatang atau tidak.
13.
Makna kolokasi
Makna kolokasi (Belanda: collocatieve
betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama (cf., Leech, I, 1974: 35). Contohnya kata garam, gula, ikan, sayur, terong, tomat, kata-kata ini
berhubungan dengan lingkungan dapur.
14.
Makna konotatif
Makna konotatif (conotative
maening) muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap
kata yang didengar atau kata yang dibaca. Contohnya kata “amplop”. Kata “amplop” bermakna sampul
yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain
atau kantor, tetapi berbeda halnya bila diubah ke dalam kalimat “berilah amplop agar urusanmu segera
selesai”. Maka kata “amplop” sudah bermakna konotatif yakni berilah dia uang.
Kata amplop dan uang masih ada hubungan, karena uang dapat saja diisi di dalam
amplop, dengan kata lain kata amplop mengacu kepada uang yang lebih dikhususkan pada uang pelancar, uang pelicin, atau
uang sogok.
15.
Makna konseptual
Makna konseptual (Belanda: conseptuele
betekenis) disebut juga makna denotatif. Makna konseptual dianggap sebagai
faktor utama di dalam setiap komunikasi. Contohnya kata “ibu”
yaitu manusia berjenis kelamin perempuan dewasa yang memiliki anak.
16.
Makna konstruksi
Makna konstruksi (construction
meaning) adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan.
Contohnya kata “milik”
dalam kalimat mobil si Yopi yang bermaksud terdapat di dalam konstruksi.
17.
Makna kontekstual
Makna kontekstual (contextual
meaning) atau makna situasional (situational
meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks.
Contohnya kata “meninggal”. Pada kata ini, situasi yang tergambar adalah kedukaan yang akan memaksa orang untuk mencari kata yang maknanya berkaitan
dengan situasi itu. Orang akan menggunakan kata yang maknanya ikut bersedih
atau kasihan.
18.
Makna leksikal
Makna leksikal (lexical meaning)
atau makna semantik (semantic meaning)
adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri. Contohnya kata “gawang”. Kata ini memiliki arti dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian ujung atas atau dua tiang yang berpalang sebagai tempat sasaran memasukan bola dalam
permainan sepak bola.
19.
Makna lokusi
Makna lokusi adalah makna yang
terdapat di dalam ujaran ditambah dengan faktor-faktor yang turut melahirkan
ujaran tersebut, misalnya faktor konteks. Contohnya pada kalimat ”rumahmu bagus”. Lawan bicara yang mendengar ujaran itu
dan berusaha memahami kandungannya. Akibatnya lawan bicara akan senang karena mendapat pujian, tetapi jika ternyata rumah itu kotor maka lawan bicara akan malu karena kalimat itu merupakan penghinaan baginya.
20.
Makna luas
Makna luas (extended meaning)
menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang
dipertimbangkan. Contohnya kata “kuliah”. Bila tidak mendapat penyempitan, kata
kuliah ini memiliki makna waktunya luas. Bisa saja dari pagi hingga siang atau
pun sampai malam. Tetapi, bila kata “kuliah” ini diperjelas seperti dalam
kalimat “kuliah sebentar sore ini”, makna kata itu lebih mudah dipahami.
21.
Makna piktorial
Makna piktorial adalah makna yang
muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau
dibaca (cf, Shipley, 1962: 261). Contohnya kata “kakus”.
Orang yang mendengar atau membaca kata itu akan membayangkan hal-hal yang berhubungan dengan kakus.
22.
Makna proposisional
Makna proposisional adalah makna
yang muncul apabila seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu.
Contohnya, apabila ada yang mengujarkan kalimat sudut segitiga, seseorang sudah dapat memastikannya 90 derajat.
23.
Makna pusat
Makna pusat adalah makna yang
dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks
kalimat. Contohnya kata “melihat” yang dapat dirinci dari kegiatan, objek, dan hasilnya. Berdasarkan kegiatannya,
kata “melihat” bermakna melaksanakan
kegiatan. Berdasarkan objeknya, kata “melihat”
berarti bermakna
yang ditujukan kepada.
Berdasarkan hasilnya,
kata “melihat” bermakna untuk
mengetahui.
24.
Makna referensial
Makna referensial adalah makna yang
langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Contohnya kata
“marah”, yang diacu adalah gejala marah
seperti muka cemberut, diam, dan bila berbicara menggunakan bahasa yang bernada tinggi, dan
kadang diikuti dengan anggota badan.
25.
Makna sempit
Makna sempit merupakan makna yang
berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Contohnya pada kalimat “berikan gudang garam padanya.” Kata “gudang garam” mengacu pada rokok yang berlabel gudang garam.
26.
Makna stilistika
Makna stilistika adalah makna yang
timbul akibat pemakaian bahasa. Contohnya dalam suatu penggalan cerpen terdapat efek yang
berhubungan dengan emosi seorang tokoh seperti sedih, gembira, terkesima, dan
sebagainya.
27.
Makna tekstual
Makna tekstual adalah makna yang
timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Contohnya kata
“menjurus” yang ada dalam artikel sebuah surat
kabar di halaman tertentu. Untuk mengetahui arti kata itu, perlu dibaca teksnya secara keseluruhan sehingga baru bisa dibuat kesimpulannya.
28.
Makna tematis
Makna tematis (Belanda: thematische
betekenis) adalah makna yang dapat dipahami setelah dikomunikasikan oleh
pembicara atau penulis baik melalui
urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Contohnya ketika makna waktu yang ingin ditonjolkan dalam
kalimat “kemarin, Ali yang menjual bakso bakar
itu meninggal.”
29.
Makna umum
Makna umum (general meaning)
adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang
khusus atau tertentu. Contohnya seperti kalimat “ia memetik bunga di taman”. Kata “bunga” lebih bersifat
umum karena tidak menyebutkan secara khusus bunga yang dimaksud.
Menurut Leech (1976: 99),
jenis-jenis makna itu sebagai berikut.
1.
Makna konotatif
Makna
konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif
terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contohnya kata wanita dan perempuan. Wanita termasuk ke dalam konotatif
posif, sedangkan kata perempuan
mengandung makna konotatif negatif.
2.
Makna stilistika
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan
adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Contohnya rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi.
3.
Makna afektif
Makna
afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan
bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih nyata
ketika digunakan dalam bahasa lisan. Contohnya, ”tutup mulut kalian!” bentaknya
kepada kami. Kata tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
4.
Makna refleksi
Makna
refleksi adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia
lihat. Contohnya aduh, oh, ah, wah, amboi,
astaga.
5.
Makna kolokatif
Makna
kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang
dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata
tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Makna
kolokatif harus sepadan dan pada tempatnya. Contohnya, kata tampan identik dengan
laki-laki dan kata cantik identik dengan gadis.
6.
Makna
konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang
menekankan pada makna logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna ‘denotatif’
atau ‘kognitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang kompleks dan rumit,
namun dapat dibandingkan dan dihubungkan dengan susunan yang serupa pada
tingkatan fonologis maupun sintaksis.
7.
Makna
tematik
Makna tematik yaitu makna yang
dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti
urutan, fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif itu juga dipengaruhi oleh
penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Contohnya terlihat pada kalimat berikut.
a)
Apakah yang diajarkan oleh dosen
itu?
b)
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin lebih
mengetahui objeknya, sedangkan
kalimat kedua lebih menekankan siapa subjeknya.
Chaer (2013: 59) berpendapat bahwa
jenis-jenis makna itu terbagi menjadi beberapa jenis makna sebagai berikut.
1.
Makna
leksikal
Makna leksikal adalah makna
sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra, makna apa adanya, dan makna
yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna
yang konret. Misalnya leksem “kuda” memiliki makna sejenis binatang.
2.
Makna
gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang
terjadi setelah proses gramatikal (afikasi, reduplikasi, kalimatisasi).
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal yaitu makna leksikal merupakan
makna dasar atau makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal merupakan
makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Contohnya
kata “kijang” yang bermakna leksikal binatang, sedangkan makna gramatikalnya
bisa menjadi alat transportasi atau sejenis. Seperti kalimat ini, saya
berangkat ke pasar dengan kijang.
3.
Makna
kontekstual
Makna kontekstual adalah makna
sebuah laksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks. Misalnya, makna
konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut:
a.
rambut di kepala nenek belum ada
yang putih;
b.
sebagai kepala sekolah dia harus
menegur murid itu;
c.
nomor teleponnya ada pada kepala
surat itu.
4.
Makna
referensial
Makna referensial adalah sebuah kata
yang memiliki referensi atau acuan, sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna
referensial bila ada referensi atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah,
dan gambar termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya
dalam dunia nyata.
5.
Makna
non-referensial
Makna non-referensial adalah kata
yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan
karena. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6.
Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna asli,
makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya,
kata “kurus” yang memiliki makna denotatif yaitu keadaan tubuh seseorang yang
lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata “bunga” yang memiliki makna
denotatitif yaitu tumbuhan bertangkai dengan warna beragam yang sering ada di
taman.
7.
Makna
konotatif
Makna konotatif adalah makna lain
yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari
seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Seperti kata
“kurus” berkonotasi netral. Namun bila kata “ramping”, sebenarnya bersinonim
dengan kata kurus yang memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan
sehingga orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata
“kerempeng”, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping,
mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak enak sehingga orang akan
tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
8.
Makna
konseptual
Makna konseptual adalah makna yang
dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata
“kuda” memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang biasa
ditunggangi” dan kata “rumah” memiliki makna konseptual “bangunan tempat
tinggal”.
9.
Makna
asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata
yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di
luar bahasa. Misalnya, kata “melati” berasosiasi dengan sesuatu yang suci, kata
merah berasosiasi berani, dan kata buaya berasosiasi dengan jahat. Makna
asosiasi ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan
oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang
mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan atau ciri yang memiliki konsep asal
tersebut.
10. Makna kata
Makna kata adalah makna yang
bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Kata “tangan” dan “lengan” sebagai kata,
maknanya lazim dianggap sama, seperti contoh berikut:
a.
tangannya luka kena pecahan kaca;
b.
lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata “tangan”
dan kata “lengan” pada kedua kalimat di atas bersinonim atau bermakna sama.
11. Makna istilah
Makna istilah adalah makna yang
pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Makna istilah
hanya dipakai pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu saja. Umpamanya, kata
“tangan” dan “lengan”, kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna
yang berbeda. “Tangan” bermakna “bagian dari pergelangan sampai ke jari
tangan”, sedangkan kata “lengan” adalah “bagian dari pergelangan tangan sampai
ke pangkal bahu”. Jadi, kata “tangan” dan “lengan” sebagai istilah dalam ilmu
kedokteran tidak bersinonim karena maknanya berbeda.
12. Makna idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak
dapat ditebak dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun
gramatikal. Contohnya, secara gramatikal bentuk “menjual rumah” bermakna “yang
menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya”, tetapi dalam bahasa
Indonesia bentuk “menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu, melainkan
bermakna “tertawa keras-keras”. Jadi, makna tersebutlah yang disebut makna
idiomatik.
13. Makna peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih
dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi
antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya, peribahasa
“seperti anjing dan kucing” yang bermakna perihal dua orang yang tidak pernah
akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang anjing dan kucing jika
bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Wati, Colina. 2010. Online. (http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/, dikunjungi
20 Mei 2015).
2014. Contoh Kalimat Konotasi dan
Denotasi. Online. http://www.e- sbmptn.com/2014/11/30-contoh-kalimat-konotasi-denotasi.html, dikunjungi
20 Mei 2015).
Bekti. 2011. Semantik Bahasa. Online. (http://bektipoenya.blogspot.com/2011/01/semantik-bahasa.html, dikunjungi
20 Mei 2015).
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2. Bandung: Refika Aditama.
Dzihni. 2012. Jenis-jenis Makna. Online. (http://edu.dzihni.com/2012/06/jenis- jenis-makna.html, dikunjungi 20 Mei 2015).
Fitri, Nandri Atieka. 2013. Semantik. Online. (http://nandriatiekafitri.blogspot.com/2013/03/semantik.html, dikunjungi 20 Mei 2015).
Nourity, Elmy. 2012. Jenis-jenis Makna. Online. (http://elmynourity.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-makna.html, dikunjungi 17 Mei 2015).
Putri, Soraya Mia. 2013. Jenis Makna dalam Semantik. Online. (http://sorayamiaputri.blogspot.com/2013/03/jenis-makna-dalam- semantik.html,
dikunjungi 17 Mei 2015).
Scribd. 2013. Makna Afektif Semantik.
Online. (https://www.scribd.com/doc/153332480/Makna-Afektif-Semantik-Bm2, dikunjungi
20 Mei 2015).
Komentar
Posting Komentar