Semantik - Jenis Makna


A. Macam-macam makna
Secara umum, makna kata dibedakan menjadi sebagai berikut.
1.        Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2.        Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna dasar yang umum.
3.        Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
4.        Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
5.        Makna idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifat kiasan.


B.       Jenis-jenis makna menurut para ahli
Menurut Pateda (2010: 96), jenis-jenis makna itu sebagai berikut.
1.        Makna afektif
Makna afektif (Inggris: affective meaning, Belanda: affective betekenis) merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Misalnya, makna kata “anjing” dalam kalimat berikut memiliki nilai emosi yang berbeda.
a.       Anjing itu bulunya hitam.
b.      Anjing kamu, mampuslah!
Kata anjing pada kalimat (a) menunjukkan sejenis hewan, tetapi pada kalimat (b) menunjukkan orang yang dianggap rendah. Artinya, kata “anjing” memiliki makna yang berkaitan dengan nilai rasa yaitu kata anjing dihubungkan dengan penghinaan dan disamakan martabatnya dengan anjing. Makna afektif terkadang bisa menimbulkan suatu rasa dalam benak para pendengar atau pembaca karena makna afektif berhubungan dengan nilai rasa atau emosi pemakai bahasa, maka ada sejumlah kata yang secara konseptual bermakna.
2.        Makna denotatif
Makna denotatif (denotative meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya yang sifatnya objektif. Contohnya, “adik kecilku sangat suka menggigit jari.”
3.        Makna deskriptif
Makna deskriptif (descriptive meaning) yang biasa disebut pula makna kognitif (cognitive meaning) atau makna referensial (referential) adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Contohnya, kata “pohon” bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun dengan bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu juga pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus dan termasuk pula partikel yang memiliki makna relasional.
4.        Makna ekstensi
Makna ekstensi (extensional meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep (Harimurti, 1982: 103). Contohnya kata ayah dapat dimaknakan sebagai orang tua anak-anak, laki-laki, telah beristri, sebagai kepala rumah tangga, atau orang yang berusaha keras mencari nafkah untuk anak dan istrinya.
5.        Makna emotif
Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai hal yang dipikirkan atau dirasakan (Shipley, 1962: 261). Contohnya, kata “kerbau” dalam kalimat “engkau kerbau”. Kata itu tentu menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Artinya, kata “kerbau” tadi mengandung makna emosi yang menghubungkan sikap atau perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang dimaksud tentu akan merasa tersinggung dan ingin melawan.
6.      Makna gereflekter
Makna gereflekter (Belanda: gereflecteerde betekenis) muncul dalam hal makna konseptual yang jamak, makna yang muncul akibat reaksi terhadap makna yang lain ( lihat, Leech, I, 1974: 33-35). Makna ini muncul karena sugesti emosional dan makna yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Contohnya kalimat ”mari kita bersetubuh!Meskipun kalimat ini wajar dilihat dari segi struktur, tetapi kata ini tidak pantas dikatakan pada situasi pergaulan yang sewajarnya.
7.        Makna gramatikal
Makna gramatikal (gramatical meaning), makna fungsional (fungsional meaning), makna struktural (structural meaning), atau disebut juga makna internal (internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Contohnya makna kata “pergi” dalam kalimat “adik pergi ke sekolah”. Makna konteks juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa.
8.        Makna ideasional
Makna ideasional (idetional meaning) adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Contohnya kata demokrasi”. Konsep makna kata demokrasi adalah persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat. Makna ideasionalnya yakni rakyat turut memerintah melalui wakil-wakil yang akan memimpin mereka. Rakyat berhak mengawasi jalannya pemerintahan, tetapi rakyat berkewajiban pula untuk bersama-sama menanggung biaya pembangunan yang mereka harapkan.
9.        Makna intensi
Makna intensi (intentional meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara (Harimurti, 1982: 103). Contohnya kata “pencuri itu lari”. Makna yang terkandung di dalam kata itu berarti seseorang yang dianggap pencuri yang sedang berlari, bukannya sedang bersembunyi atau ditembak.
10.    Makna khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakainya terbatas pada bidang tertentu. Contohnya kata “operasi”. Bagi militer, makna kata “operasi” dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan atau menumpas perlawanan musuh.
11.    Makna kiasan
Makna kiasan (transfered meaning atau figurative meaning) adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya (Harimurti, 1982: 103). Contohnya kata “lapangan”. Pada kata “bintang lapangan”, kata “lapangan” ini bermakna kiasan yang artinya orang yang terampil bermain sepak bola.
12.    Makna kognitif
Makna kognitif (cognitive meaning), makna deskriptif (descriptive meaning), atau makna referensial (referential meaning) biasanya dibedakan atas hubungan antara kata dan benda yang diacu atau disebut ekstensi/denotasi kata dan hubungan antara kata dan karakteristik tertentu yang disebut konotasi kata (Shipley, 1962: 261). Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuanya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Contohnya kata pohon”. Kata ini bermakna tumbuhan yang tinggi, memiliki  daun, dan kadang-kadang berbatang atau tidak.
13.    Makna kolokasi
Makna kolokasi (Belanda: collocatieve betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama (cf., Leech, I, 1974: 35). Contohnya kata garam, gula, ikan, sayur, terong, tomat, kata-kata ini berhubungan dengan lingkungan dapur.
14.    Makna konotatif
Makna konotatif (conotative maening) muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Contohnya kata amplop. Kata amplop” bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor, tetapi berbeda halnya bila diubah ke dalam kalimat “berilah amplop agar urusanmu segera selesai”. Maka kata amplop sudah bermakna konotatif yakni berilah  dia uang.  Kata amplop dan uang masih ada hubungan, karena uang dapat saja diisi di dalam amplop, dengan kata lain kata amplop mengacu kepada uang yang lebih dikhususkan pada uang pelancar, uang pelicin, atau uang sogok.


15.    Makna konseptual
Makna konseptual (Belanda: conseptuele betekenis) disebut juga makna denotatif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama di dalam setiap komunikasi. Contohnya kata “ibu” yaitu manusia berjenis kelamin perempuan dewasa yang memiliki anak.
16.    Makna konstruksi
Makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan. Contohnya kata “milik” dalam kalimat mobil si Yopi yang bermaksud terdapat di dalam konstruksi.
17.    Makna kontekstual
Makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Contohnya kata “meninggal”. Pada kata ini, situasi yang tergambar adalah kedukaan yang akan memaksa orang untuk mencari kata yang maknanya berkaitan dengan situasi itu. Orang akan menggunakan kata yang maknanya ikut bersedih atau kasihan.
18.    Makna leksikal
Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri. Contohnya kata “gawang”. Kata ini memiliki arti dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian ujung atas atau dua tiang yang berpalang sebagai tempat sasaran memasukan bola dalam permainan sepak bola.

19.    Makna lokusi
Makna lokusi adalah makna yang terdapat di dalam ujaran ditambah dengan faktor-faktor yang turut melahirkan ujaran tersebut, misalnya faktor konteks. Contohnya pada kalimat rumahmu bagus”. Lawan bicara yang mendengar ujaran itu dan berusaha memahami kandungannya. Akibatnya lawan bicara akan senang karena mendapat pujian, tetapi jika ternyata rumah itu kotor maka lawan bicara akan malu karena kalimat itu merupakan penghinaan baginya.
20.    Makna luas
Makna luas (extended meaning) menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Contohnya kata “kuliah”. Bila tidak mendapat penyempitan, kata kuliah ini memiliki makna waktunya luas. Bisa saja dari pagi hingga siang atau pun sampai malam. Tetapi, bila kata “kuliah” ini diperjelas seperti dalam kalimat “kuliah sebentar sore ini”, makna kata itu lebih mudah dipahami.
21.    Makna piktorial
Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca (cf, Shipley, 1962: 261). Contohnya kata “kakus. Orang  yang mendengar atau membaca kata itu akan membayangkan hal-hal yang berhubungan dengan kakus.
22.    Makna proposisional
Makna proposisional adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu. Contohnya, apabila ada yang mengujarkan kalimat sudut segitiga, seseorang sudah dapat memastikannya 90 derajat.
23.    Makna pusat
Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Contohnya kata melihat yang dapat dirinci dari kegiatan, objek, dan hasilnya. Berdasarkan kegiatannya, kata “melihat” bermakna melaksanakan kegiatan. Berdasarkan objeknya, kata “melihat” berarti bermakna yang ditujukan kepada. Berdasarkan hasilnya, kata “melihat” bermakna untuk mengetahui.
24.    Makna referensial
Makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Contohnya kata “marah”, yang diacu adalah gejala marah seperti muka cemberut, diam, dan bila berbicara menggunakan bahasa yang bernada tinggi, dan kadang diikuti dengan anggota badan.
25.    Makna sempit
Makna sempit merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Contohnya pada kalimat “berikan gudang garam padanya.Kata gudang garam mengacu pada rokok yang berlabel gudang garam.
26.    Makna stilistika
Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Contohnya dalam suatu penggalan cerpen terdapat efek yang berhubungan dengan emosi seorang tokoh seperti sedih, gembira, terkesima, dan sebagainya.
27.    Makna tekstual
Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Contohnya kata “menjurus” yang ada dalam artikel sebuah surat kabar di halaman tertentu. Untuk mengetahui arti kata itu, perlu dibaca teksnya secara keseluruhan sehingga  baru bisa dibuat kesimpulannya.
28.    Makna tematis
Makna tematis (Belanda: thematische betekenis) adalah makna yang dapat dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Contohnya ketika makna waktu yang ingin ditonjolkan dalam kalimat kemarin, Ali yang menjual bakso bakar itu meninggal.
29.    Makna umum
Makna umum (general meaning) adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. Contohnya seperti kalimat “ia memetik bunga di taman”. Kata “bunga” lebih bersifat umum karena tidak menyebutkan secara khusus bunga yang dimaksud.  
Menurut Leech (1976: 99), jenis-jenis makna itu sebagai berikut.
1.        Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contohnya kata wanita dan perempuan. Wanita termasuk ke dalam konotatif posif, sedangkan kata perempuan mengandung makna konotatif negatif.
2.        Makna stilistika
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Contohnya rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi.
3.        Makna afektif
Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih nyata ketika digunakan dalam bahasa lisan. Contohnya,tutup mulut kalian!” bentaknya kepada kami. Kata tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
4.        Makna refleksi
Makna refleksi adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia lihat. Contohnya aduh, oh, ah, wah, amboi, astaga.
5.        Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Makna kolokatif harus sepadan dan pada tempatnya. Contohnya, kata tampan identik dengan laki-laki dan kata cantik identik dengan gadis.
6.        Makna konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang menekankan pada makna logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna ‘denotatif’ atau ‘kognitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang kompleks dan rumit, namun dapat dibandingkan dan dihubungkan dengan susunan yang serupa pada tingkatan fonologis maupun sintaksis.
7.        Makna tematik
Makna tematik yaitu makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti urutan, fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif itu juga dipengaruhi oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Contohnya terlihat pada kalimat berikut.
a)      Apakah yang diajarkan oleh dosen itu?
b)      Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin lebih mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan siapa subjeknya.
Chaer (2013: 59) berpendapat bahwa jenis-jenis makna itu terbagi menjadi beberapa jenis makna sebagai berikut.
1.        Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra, makna apa adanya, dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem “kuda” memiliki makna sejenis binatang.

2.        Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal (afikasi, reduplikasi, kalimatisasi). Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal yaitu makna leksikal merupakan makna dasar atau makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal merupakan makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Contohnya kata “kijang” yang bermakna leksikal binatang, sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat transportasi atau sejenis. Seperti kalimat ini, saya berangkat ke pasar dengan kijang.
3.        Makna kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks. Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut:
a.         rambut di kepala nenek belum ada yang putih;
b.         sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu;
c.         nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
4.        Makna referensial
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensi atau acuan, sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna referensial bila ada referensi atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.


5.        Makna non-referensial
Makna non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6.        Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata “kurus” yang memiliki makna denotatif yaitu keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata “bunga” yang memiliki makna denotatitif yaitu tumbuhan bertangkai dengan warna beragam yang sering ada di taman.
7.        Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Seperti kata “kurus” berkonotasi netral. Namun bila kata “ramping”, sebenarnya bersinonim dengan kata kurus yang memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan sehingga orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata “kerempeng”, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak enak sehingga orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
8.        Makna konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata “kuda” memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi” dan kata “rumah” memiliki makna konseptual “bangunan tempat tinggal”.
9.        Makna asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata “melati” berasosiasi dengan sesuatu yang suci, kata merah berasosiasi berani, dan kata buaya berasosiasi dengan jahat. Makna asosiasi ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan atau ciri yang memiliki konsep asal tersebut.
10.    Makna kata
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Kata “tangan” dan “lengan” sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama, seperti contoh berikut:
a.         tangannya luka kena pecahan kaca;
b.          lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata “tangan” dan kata “lengan” pada kedua kalimat di atas bersinonim atau bermakna sama.
11.    Makna istilah
Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Makna istilah hanya dipakai pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu saja. Umpamanya, kata “tangan” dan “lengan”, kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. “Tangan” bermakna “bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan”, sedangkan kata “lengan” adalah “bagian dari pergelangan tangan sampai ke pangkal bahu”. Jadi, kata “tangan” dan “lengan” sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim karena maknanya berbeda.
12.    Makna idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat ditebak dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Contohnya, secara gramatikal bentuk “menjual rumah” bermakna “yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya”, tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk “menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu, melainkan bermakna “tertawa keras-keras”. Jadi, makna tersebutlah yang disebut makna idiomatik.
13.    Makna peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya, peribahasa “seperti anjing dan kucing” yang bermakna perihal dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang anjing dan kucing jika bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.


Wati, Colina. 2010. Online. (http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/,          dikunjungi 20 Mei 2015).




2014. Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi. Online. http://www.e-         sbmptn.com/2014/11/30-contoh-kalimat-konotasi-denotasi.html,          dikunjungi 20 Mei 2015).


Azta, Mekiana. Online. (http://mekianaazta.blogspot.com/, dikunjungi 20 Mei       2015).


Bekti. 2011. Semantik Bahasa. Online.          (http://bektipoenya.blogspot.com/2011/01/semantik-bahasa.html,            dikunjungi 20 Mei 2015).


Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka         Cipta.


Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2. Bandung: Refika Aditama.


Dzihni. 2012. Jenis-jenis Makna. Online. (http://edu.dzihni.com/2012/06/jenis-      jenis-makna.html, dikunjungi 20 Mei 2015).


Fitri, Nandri Atieka. 2013. Semantik. Online.            (http://nandriatiekafitri.blogspot.com/2013/03/semantik.html, dikunjungi   20 Mei 2015).


Nourity, Elmy. 2012. Jenis-jenis Makna. Online.      (http://elmynourity.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-makna.html,    dikunjungi 17 Mei 2015).


Putri, Soraya Mia. 2013. Jenis Makna dalam Semantik. Online.            (http://sorayamiaputri.blogspot.com/2013/03/jenis-makna-dalam-    semantik.html, dikunjungi 17 Mei 2015).


Scribd. 2013. Makna Afektif Semantik. Online.          (https://www.scribd.com/doc/153332480/Makna-Afektif-Semantik-Bm2,           dikunjungi 20 Mei 2015).


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an

Pendekatan Pragmatik

Sastra Angkatan '66