Eksposisi
1.
Pengertian
Eksposisi
1.) Menurut Jos.
Daniel Parera (1987: 05) dalam
buku Menulis Tertib dan
Sistematik mengatakan bahwa
tulisan eksposisi bertujuan untuk
memberikan informasi.
Pengarang dan penulis
berusaha memaparkan kejadian atau
masalah agar pembaca dan pendengar
memahaminya dan pengarang mempunyai sejumlah data dan bukti
sehingga, ia berusaha
menjelaskan persoalan dan
kejadian ini demi kepentingan anda
sendiri.
2.) Menurut A. Chaedar
Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah (2005:111) Dalam Pokoknya Menulis eksposisi
merupakan tulisan yang
tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik,
atau mengevaluasi sebuah
persoalan. Penulis berniat untuk
memberi informasi atau
memberi petunjuk kepada pembaca. Di sini eksposisi
mengandalkan strategi pengembangan
alinea seperti lewat pemberian
contoh, proses, sebab akibat,
klasifiksasi, definisi, analisis, komperasi
dan kontras.
3.) Menurut
Aceng Hasani (2005: 30)
dalam buku Ikhwal
Menulis juga mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan
bentuk tulisan yang sering
digunakan dalam menyampaikan
uraian ilmiah dan
tidak berusaha mempengaruhi
pendapat pembaca. Melalui eksposisi
pembaca tidak dipaksa untuk
menerima pendapat penulis, setiap pembaca
boleh menolak dan
menerima apa yang dikemukakan oleh
penulis.
4.) Paragraf eksposisi digunakan untuk menyajikan
pengetahuan/ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode,
cara, dan proses terjadinya sesuatu (Wiyanto, 2006:66) .
5.) Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan.
Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur
saja penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau
keruangan (Zainal Arifin & Amran Tasai, 2008:131).
6.)Eksposisi adalah karangan yang berusaha untuk memberikan
keterangan atau penjelasan kepada pembaca yang dapat memperluas pandangan atau
pengetahuan ( Endang Susilowati, 2005:14).
7.) Eksposisi adalah suatu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha
untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat
memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca. Dalam
karangan eksposisi, penulis tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca,
setiap pembaca boleh menolak atau menerima apa yang dikemukakan oleh penulis
(Keraf, 1986: 3-4).
8.) Nasucha (2009: 50) dalam bukunya
mengungkapkan paragraf eksposisi
bertujuan
memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, danmenerangkan
sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
Paragraf eksposisi biasanya digunakan untuk menyajikanpengetahuan/ ilmu,
definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara dan proses
terjadinya sesuatu.
9.) Alwasilah (2005: 111) menyatakan
eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan,
mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi
petunjuk kepada pembaca. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea
seperti lewat pemberian contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi,
analisis, komparasi dan kontras.
2.
Metode Penulisan Eksposisi
Menurut Suryanto dan Haryanta
(2006:84) ada lima metode penulisan karangan eksposisi sebagai berikut.
1.)Metode Pembatasan Pengertian
(Definsi)
Ciri dari metode ini adalah digunakannya konjungsi adalah, ialah, dan yaitu. Dengan metode ini, suatu istilah atau hal dijelaskan batas-batas pengertiannya dengan uraian kata-kata secara tepat. Dalam uraian pengertian ini, diungkapkan sifat-sifat hakiki, mendasar, dan prinsipal, serta unsur-unsur pokok dari hal yang dijelaskan.
Ciri dari metode ini adalah digunakannya konjungsi adalah, ialah, dan yaitu. Dengan metode ini, suatu istilah atau hal dijelaskan batas-batas pengertiannya dengan uraian kata-kata secara tepat. Dalam uraian pengertian ini, diungkapkan sifat-sifat hakiki, mendasar, dan prinsipal, serta unsur-unsur pokok dari hal yang dijelaskan.
2.)Metode Penggolongan (Klasifikasi)
Penulis mengelompokkan hal-hal yang sejenis atau mempunyai kesamaan tertentu. Pengelompokkan dilakukan dengan menyatukan hal-hal sejenis dalam satu kelompok dan memisahkan hasil pengelompokkan itu dari kelompok lainnya. Dengan metode ini, akan tampak jelas korelasi antara hal satu dengan hal lain.
Penulis mengelompokkan hal-hal yang sejenis atau mempunyai kesamaan tertentu. Pengelompokkan dilakukan dengan menyatukan hal-hal sejenis dalam satu kelompok dan memisahkan hasil pengelompokkan itu dari kelompok lainnya. Dengan metode ini, akan tampak jelas korelasi antara hal satu dengan hal lain.
3.)Metode Pengenalan Ciri (Identifikasi)
Pemaparan suatu persoalan dilakukan dengan menyebutkan ciri-ciri, sifat-sifat khusus, atau karakteristik sesuatu secara mendetail sehingga menjadi mudah dikenali keberadaannya.
Pemaparan suatu persoalan dilakukan dengan menyebutkan ciri-ciri, sifat-sifat khusus, atau karakteristik sesuatu secara mendetail sehingga menjadi mudah dikenali keberadaannya.
4.)Metode Pembandingan (Komparasi)
Dengan metode ini, pemaparan dilakukan dengan membandingkan hal yang dijelaskan dengan hal lain yang berbeda, tetapi memiliki unsur kesamaan. Dengan menempatkan secara berdampingan akan terlihat sisi-sisi persamaan dan perbedaan di antara kedua hal tersebut.
Dengan metode ini, pemaparan dilakukan dengan membandingkan hal yang dijelaskan dengan hal lain yang berbeda, tetapi memiliki unsur kesamaan. Dengan menempatkan secara berdampingan akan terlihat sisi-sisi persamaan dan perbedaan di antara kedua hal tersebut.
5.)Metode Proses (Prosedural)
Dalam metode ini, pemaparan dilakukan dengan menjelaskan proses, prosedur atau tata urutan terjadinya sesuatu. Melalui metode ini, penulis berupaya memberitahukan tahap-tahap urutan dan tindakan membuat atau melakukan sesuatu secara terperinci dan runut.
Dalam metode ini, pemaparan dilakukan dengan menjelaskan proses, prosedur atau tata urutan terjadinya sesuatu. Melalui metode ini, penulis berupaya memberitahukan tahap-tahap urutan dan tindakan membuat atau melakukan sesuatu secara terperinci dan runut.
Penulisan karangan eksposisi
dapat menggunakan beberapa metode. Metode-metode tersebut adalah metode
identifikasi, metode perbandingan, metode ilustrasi atau eksemplifikasi, metode
klasifikasi, metode definisi, dan metode analisis (analisis bagian, analisis
fungsional, analisis proses, analisis kausal) (Keraf 1986: 7).
Identifikasi
merupakan suatu metode untuk menggarap sebuah eksposisi
sebagai jawaban atas pertanyaan apa
itu?, siapa itu?. Berdasarkan hubungan ini
makna yang tepat untuk pengertian
identifikasi adalah proses penyebutan unsur-unsuryang membentuk suatu hal
sehingga ia dikenal sebagai hal tersebut, dengan kata lainmetode identifikasi
merupakan sebuah metode yang berusaha menyebutkan ciri-ciriatau unsur-unsur
pengenal suatu objek tersebut.
Perbandingan
adalah suatu cara untuk menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan
antara dua objek atau lebih dengan menggunakan dasar-dasartertentu. Tujuan
perbandingan adalah membicarakan sesuatu yang dianggap belum diketahui pembaca,
dengan membandingkannya dengan hal lain yang udah dianggapsudah diketahui oleh
para pembaca.
Ilustrasi adalah
suatu metode untuk mengadakan gambar atau penjelasan yangkhusus dan konkret
atas suatu prinsip umum atau sebuah gagasan umum. Dalam metode ilustrasi atau
eksemplifikasi pengarang ingin menjelaskan suatu prinsip umum atau suatu kaidah
yang lebih luas lingkupnya dengan mengutip atau
menunjukkan suatu pokok yang
khusus yang tercakup dalam prinsip umum atau
kaidah yang lebih luas cakupannya
itu.
Klasifikasi
merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkanpengelompokan-pengelompokan
sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasimerupakan metode untuk menempatkan
barang-barang dalam suatu sistem kelas.
Klasifikasi juga
merupakan metode yang sering dipakai dalam menyusun kaidah-kaidah ilmiah,
khususnya untuk sampai pada suatu pengetahuan baru.
Definisi merupakan suatu proses
yang berusaha meletakkan batas-batas
penggunaan sebuah kata, seperti
tampak dalam makna dari unsur-unsur kata itu
sendiri. Definisi juga dapat
digunakan sbagai suatu metode penulisan eksposisi.
Definisi memberikan pengetahuan
kepada kita “barang itu sebenarnya apa”.
Analisis adalah
suatu cara membagi-bagi subjek ke dalam komponenkomponennya.Jadi, analisis
berarti melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesuatu yang terikat. Analisis
sama sekali tidak menciptakan komponen-komponen.Bagian-bagian itu ditemukan
oleh penulis, bukan diciptakan oleh penulis, denganmenemukan bagian-bagian itu
penulis meminta pembaca untuk memperhatikan bagian-bagian tersebut.
3. Cara pengembangan Eksposisi
Pola
pengembangan paragraf eksposisi ada beberapa cara sebagai berikut.
1.) Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari
tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah
proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) penulis harus
mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
b) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
c) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas.
b) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
c) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas.
2.)
Pola
Sebab-akibat
Pengembangan paragraf dapat pula
dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak
sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya.
Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan
untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai
perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan
proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka
proses itu dapat disebut proses kausal.
3.)
Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan
yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan
eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu
pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud
penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi
yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
4.)
Pola
Khusus-umum (induksi)
Adalah
paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan
dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum.
5.)
Pola
Perbandingan
Adalah
paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan
dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata
hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama
dengan,selaras dengan,sesuai dengan).
6.)
Pola
Pertentangan/kontras
Adalah
paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun,
walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun,
meskipun begitu).
7.)
Pola
Analogi
Adalah
paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan
kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi
sebagai ilustrasi.
8.)
Pola
Pengembangan Klasifikasi
Adalah
pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang
dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
9.)
Pola
Pengembangan Definisi
Adalah paragraf yang berupa pengertian
atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang
lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca.
4.
Langkah-langkah Menulis Eksposisi
Keterampilan penulis
memadukan dua unsur yaitu sifat topik yang ditulis dan teknik penyajian yang
digunakan dengan rangkaian bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas
sebuah eksposisi. Eksposisi mengandung tiga bagian utama, yaitu pendahuluan,
tubuh eksposisi, dan kesimpulan.
Pendahuluan
menyajikan latar belakang, alasan memilih topik itu, luas
lingkup, batasan pengertian
topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka
acuan yang digunakan. Pada
tulisan populer, pendahuluan tidak perlu menyajikan
semua unsur yang dikemukakan
sebelumnya, cukup dipilih beberapa saja dari semua segi di atas untuk
mengembangkan tulisan eksposisi.
Pada tubuh
eksposisi, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan
terlebih dahulu. kesimpulan dalam karangan eksposisi tidak mengarah pada usaha
mempengaruhi pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat pendapat atau
kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. hal terpenting dalam menulis
eksposisi, penulis mampu menyajikan informasi untuk memperluas wawasan atau
pengetahuan pembaca (Keraf, 1986: 8-10).
Langkah-langkah menulis karangan
eksposisi sebagai berikut.
1.
Menetapkan tema tulisan
Agar tidak terlalu sulit
dalam menulis dan tulisan tidak menjadi dangkal tema yang akan diuraikan jangan terlalu luas atau umum.
Misalnya eksposisi dengan tema “lalu lintas” terlalu luas, dapat mempersempit
tema tersebut menjadi lebih kecil
seperti:
o
kemacetan lalu lintas di jalan raya
o
pelanggaran lalu lintas di jalan raya
o
peranan polisi dalam lalu lintas di jalan
raya
o
disiplin masyarakat berlalu lintas di
jalan raya, dsb.
2.
Menentukan tujuan tulisan
Tujuan
tulisan ditetapkan agar pokok persoalan yang ditulis mudah dipahami pembaca. Misalnya kita akan
menulis eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya”, tujuan
menulis dapat ditentukan, seperti:
o Menjelaskan
bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya mengalami kemacetan
o Menerangkan
bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya dapat mengganggu kegiatan kita.
o Menerangkan
bahwa ada beberapa penyebab munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya
o
Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh
kemacetan lalu lintas di jalan raya, dsb.
3.
Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan
tulisan eksposisi dapat diperoleh
melalui berbagai sumber, misalnya sumber tertulis (koran, buku,
majalah, dsb), wawancara dengan nara sumber, pengamatan langsung
terhadap suatu objek, angket yang kita sebarkan kepada masyarakat, dsb.
4.
Membuat kerangka tulisan
Kerangka tulisan dibuat
berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh. Tulisan eksposisi dengan tema
“kemacetan lalu lintas di jalan raya” misalnya, dapat kita susun kerangka
tulisan seperti berikut ini:
A. Kemacetan lalu lintas
a.
tidak aneh
b. menjengkelkan kita
B. Waktu kemacetan lalu lintas
a.
pagi hari
b.
siang hari
c. sore hari
C. Penyebab kemacetan lalu lintas
a.
persilangan dengan kereta api
b.
semakin banyak kendaraan
c.
parkir kendaraan dan pedagang
kaki lima
d.
lampu lalu lintas mati
e.
sikap kurang terpuji para pengemudi
f. tidak ada polisi lalu lintas
D. Akibat kemacetan lalu lintas
a.
waktu terbuang percuma
b.
boros bahan bakar
c.
polusi udara dan suara
d. stres
menyerang kesehatan rohani
5.
Mengembangkan tulisan
o
Kerangka karangan yang
telah disusun kemudian dikembangkan.
o
Kembangkan kerangka
karangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta
perhatikan pula kohesi dan koherensi kalimat.
o
Jangan lupa berikan
judul yang menarik dan sesuai dengan tema tulisan serta tuliskan judul dengan
baik dan benar.
Ada beberapa cara penyusunan eksposisi yang penting:
a.
Bahan
yang telah dikumpulkan disusun secara kronologis atau berurutan sesuai dengan
proses terjadinya,
b.
Susunan
dimulai dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, atau dari yang mudah ke
sulit,
c.
Susunan
berdasarkan persamaan dan perentangan,
d.
Susunan
dapat dibuat dari yang umum atau yang khusus atau sebaliknya,
e.
Susunan
berupa problem ke pemecahannya,
f.
Susunan
berdasarkan sebab dan akibat atau sebaliknya.
Contoh karangan
eksposisi
Pengaruh Televisi
Dengan
segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak
perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang
ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah
mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi.
Namun bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya,
belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar
televisi dengan tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip
oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul ‘Televisi dan Perkembangan Sosial
Anak’ mengatakan bahwa:
“Masalah paling
mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi,
melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta
guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan
belajar mereka.”(1998:74).
Dari kutipan tersebut
diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah
acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak
menonton televisi. Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua
jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih
sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena
bisa mengganggu jam belajar mereka.
Disamping
itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton
tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anak-anak?
Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu memang sesuai
dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat penting
artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan pendorong
pertumbuhan anak yang paling utama. Dari orangtualah anak pertama kali belajar
tentang sesuatu kebenaran dan kemudian menanamkan kepercayaan atas kebenaran
itu.
Sudah
menjadi tanggung jawab orang tua pula untuk selalu mendampingi anak-anak dalam
menonton televisi, memberikan pengertian dan penjelasan atas apa yang tidak
dimengerti oleh anak-anak. Memberikan penjelasan kenapa suatu tindak kekerasan
bisa terjadi dan apa akibat dari semua itu.
Orang tua juga harus
jeli dalam melihat program-program acara televisi yang ditonton oleh anak.
Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak
moral si anak. Mungkin sebagai orang tua, tidak akan kesulitan untuk langsung
melarang seorang anak untuk menonton film-film dewasa yang mengandung unsur
seks dan kekerasan secara vulgar, karena dengan memandang sepintas lalu saja
sudah jelas diketahui bahwa acara tersebut tidak cocok untuk anak. Tetapi
pernahkah orangtua mengamati film-film kartun yang kelihatannya memang sudah
layak menjadi konsumsi anak-anak? Pernahkah orang tua peduli bahwa berbagai
tayangan film kartun Jepang yang mempertontonkan heroisme, seperti film seri
Kenji, Dragon Ball dan sebagainya telah menyebabkan seorang anak menjadi
seorang yang agresif? Demikian pula dengan tayangan film-film kartun yang penuh
romantisme seperti Sailor Moon? Dan bagaimana pula dengan film-film yang lain?
Sebuah
penelitian menyebutkan bahwa tingkat pornografi pada film kartun anak-anak itu
cukup tinggi, dan diantara film-film kartun anak di Asia, film kartun produksi
Jepang menempati posisi paling tinggi dalam penayangan unsur pornografi.
Sebagai contoh, Film Seri Crayon Sinchan yang sekarang begitu di gemari di Indonesia,
ternyata di Jepang sendiri film tersebut tidak diperuntukkan untuk konsumsi
anak-anak melainkan untuk konsumsi orang dewasa yang ingin kembali ke masa
kanak-kanak. Akibatnya saat ini muncul perdebatan yang cukup seru dalam
membahas masalah film seri Crayon Sinchan ini.
Sebuah tulisan di
Jawa Pos yang mengetengahkan keprihatinan terhadap film tersebut mengatakan
bahwa sosok Sinchan itu tidak cocok untuk menjadi teladan bagi anak-anak.
Sinchan sering bertindak kurang ajar dan kekurang ajarannya itu sering mengarah
ke masalah seks. Sebagai anak kecil, Sinchan sering bermimpi tentang
perempuan-perempuan dengan bikini dan ia pun senang sekali menyingkapkan rok
ibunya.
Memang
dikatakan oleh Joseph T. Klapper bahwa media bukanlah penyebab perubahan
satu-satunya melainkan ada faktor-faktor lain yang menengahi (mediating
factors). Namun bagaimanapun juga, jika mengacu pada teori efek media maka
terdapat teori Belajar, dimana seseorang itu belajar melakukan sesuatu dari
media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan ucapan atau lagu-lagu yang
di dengarnya di televisi. Mereka pun dengan segala kepolosan dan keluguannya
sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku tokoh idolanya di televisi.
Dengan demikian tidaklah mustahil jika anak-anak pun akan menirukan kenakalan
Sinchan dengan segala kekurang ajarannya. Atau menirukan tindakan Superman
ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain yang dianggapnya sebagai
musuh. Dan ini menjadi langkah pembenar setiap anak-anak berbuat sesuatu, yang
bisa jadi melanggar norma umum yang ada di tengah masyarakat kita.
Langkah Antisipasi
Bagaimanapun
juga kehadiran televisi merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar sebagai
sarana untuk memudahkan kita mengakses setiap informasi tapi juga berperan
sebagai sarana penghibur yang mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, tetap saja
efek negatif selalu ada dan ini perlu untuk diantisipasi secara serius. Apalagi
kalau yang terkena dampaknya adalah anak-anak yang notabene mereka akan menjadi
iron stock di masa datang.
Secara
khusus penulis berharap orang tua yang secara langsung berhubungan dan
berkaitan dengan pengaruh televisi terhadap anak-anak bisa mengambil
langkah-langkah nyata. Walaupun tidak menutup kemungkinan memberikan alternatif
solusi terhadap pihak terkait seperti pihak media televisi dan para pemerhati
media secara umum. Pertama, jelas perlu ada sosialisasi secara massif kepada
para orang tua tentang bahaya program yang ada di televisi pada setiap media
yang ada, termasuk koran ini dan juga diperlukan kewaspadaan yang penuh dengan
tidak membiarkan anak-anak menonton televisi dengan bebas. Meskipun label pihak
televisi yang diberikan adalah acara untuk anak. Kedua, perlu penjagaan program
acara televisi secara langsung dengan cara mendampingi waktu anak-anak menonton
televisi dan sekaligus bisa memberi penjelasan saat dibutuhkan. Untuk itu,
kesiapan orang tua untuk mendampingi di tengah kesibukan seabrek kegiatan
mutlak diperlukan. Ketiga, perlu diupayakan pemberdayaan masyarakat dengan
diadakan lembaga kontrol yang bisa memberi masukan dan kajian kritis tentang
isi program siaran televisi dan dampak yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, Siswandi.
2009. Menulis Eksposisi. (Online). (http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/12/03/menulis-eksposisi/,diakses 5 Juni2014).
Adiansyah, Yusri.
2013. Pola Pengembangan Paragraf. (Online). (http://yusrimsdpunsa.blogspot.com/2013/01/v- behaviorurldefaultvmlo.html, diakses
5 Juni 2014).
Arifin, Zaenal &
Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Azza, Ibuke. 2012. Menulis Karangan Eksposisi. (Online). (http://youneeazza.blogspot.com/2012/11/menulis-karangan- eksposisi.html, diakses 5 juni 2014).
Jarir, Mukh. 2014. Contoh Teks Karangan Eksposisi. (Online). (http://www.berkoh.com/2013/11/contoh-teks-karangan-eksposisi.html, diakses 5 Juni 2014).
Keterampilan Menulis. (http://eprints.uny.ac.id/8133/3/BAB%202- 07201241038.pdf, diunduh 5 Juni
2014).
Paragraf Eksposisi. (online). (http://xipa3 smandaku.blogspot.com/2013/11/paragraf-eksposisi.html,
diakses 5 Juni 2014).
Wijaya, Sapto. 2013. Eksposisi. (Online). (http://saptowijaya.blogspot.com/2013/10/eksposisi.html, diakses 5 Juni 2014).
|
Komentar
Posting Komentar