Eksposisi





1.    Pengertian Eksposisi
1.) Menurut Jos.  Daniel Parera (1987: 05) dalam  buku  Menulis  Tertib dan  Sistematik mengatakan bahwa  tulisan eksposisi  bertujuan  untuk  memberikan  informasi. Pengarang  dan  penulis  berusaha memaparkan  kejadian  atau  masalah agar pembaca  dan  pendengar  memahaminya  dan  pengarang mempunyai  sejumlah data dan  bukti   sehingga, ia berusaha  menjelaskan  persoalan  dan  kejadian  ini demi kepentingan  anda  sendiri.
2.) Menurut A. Chaedar  Alwasilah  dan  Semmy Suzanna Alwasilah (2005:111) Dalam  Pokoknya Menulis  eksposisi  merupakan  tulisan yang tujuan  utamanya  mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau  mengevaluasi  sebuah  persoalan. Penulis  berniat  untuk  memberi  informasi  atau  memberi petunjuk  kepada  pembaca. Di sini  eksposisi  mengandalkan  strategi  pengembangan  alinea  seperti lewat  pemberian  contoh, proses, sebab  akibat, klasifiksasi, definisi, analisis, komperasi  dan  kontras.
3.) Menurut  Aceng  Hasani (2005: 30) dalam  buku  Ikhwal  Menulis  juga  mendefinisikan  bahwa eksposisi  merupakan  bentuk  tulisan yang  sering  digunakan  dalam  menyampaikan  uraian  ilmiah  dan  tidak  berusaha  mempengaruhi  pendapat  pembaca. Melalui  eksposisi  pembaca  tidak  dipaksa untuk  menerima  pendapat  penulis, setiap  pembaca  boleh  menolak  dan  menerima  apa  yang dikemukakan  oleh  penulis.
4.) Paragraf eksposisi digunakan untuk menyajikan pengetahuan/ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan proses terjadinya sesuatu (Wiyanto, 2006:66) .
5.) Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan (Zainal Arifin & Amran Tasai, 2008:131).
6.)Eksposisi adalah karangan yang berusaha untuk memberikan keterangan atau penjelasan kepada pembaca yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan ( Endang Susilowati, 2005:14).
7.) Eksposisi adalah suatu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
pandangan atau pengetahuan pembaca. Dalam karangan eksposisi, penulis tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca, setiap pembaca boleh menolak atau menerima apa yang dikemukakan oleh penulis (Keraf, 1986: 3-4).
8.) Nasucha (2009: 50) dalam bukunya mengungkapkan paragraf eksposisi
bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, danmenerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasanya digunakan untuk menyajikanpengetahuan/ ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara dan proses terjadinya sesuatu.
9.) Alwasilah (2005: 111) menyatakan eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi petunjuk kepada pembaca. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat pemberian contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi dan kontras.

2.    Metode Penulisan Eksposisi
Menurut Suryanto dan Haryanta (2006:84) ada lima metode penulisan karangan eksposisi sebagai berikut.
1.)Metode Pembatasan Pengertian (Definsi)
Ciri dari metode ini adalah digunakannya konjungsi adalah, ialah, dan yaitu. Dengan metode ini, suatu istilah atau hal dijelaskan batas-batas pengertiannya dengan uraian kata-kata secara tepat. Dalam uraian pengertian ini, diungkapkan sifat-sifat hakiki, mendasar, dan prinsipal, serta unsur-unsur pokok dari hal yang dijelaskan.
2.)Metode Penggolongan (Klasifikasi)
Penulis mengelompokkan hal-hal yang sejenis atau mempunyai kesamaan tertentu. Pengelompokkan dilakukan dengan menyatukan hal-hal sejenis dalam satu kelompok dan memisahkan hasil pengelompokkan itu dari kelompok lainnya. Dengan metode ini, akan tampak jelas korelasi antara hal satu dengan hal lain.
3.)Metode Pengenalan Ciri (Identifikasi)
Pemaparan suatu persoalan dilakukan dengan menyebutkan ciri-ciri, sifat-sifat khusus, atau karakteristik sesuatu secara mendetail sehingga menjadi mudah dikenali keberadaannya.
4.)Metode Pembandingan (Komparasi)
Dengan metode ini, pemaparan dilakukan dengan membandingkan hal yang dijelaskan dengan hal lain yang berbeda, tetapi memiliki unsur kesamaan. Dengan menempatkan secara berdampingan akan terlihat sisi-sisi persamaan dan perbedaan di antara kedua hal tersebut.
5.)Metode Proses (Prosedural)
Dalam metode ini, pemaparan dilakukan dengan menjelaskan proses, prosedur atau tata urutan terjadinya sesuatu. Melalui metode ini, penulis berupaya memberitahukan tahap-tahap urutan dan tindakan membuat atau melakukan sesuatu secara terperinci dan runut.

Penulisan karangan eksposisi dapat menggunakan beberapa metode. Metode-metode tersebut adalah metode identifikasi, metode perbandingan, metode ilustrasi atau eksemplifikasi, metode klasifikasi, metode definisi, dan metode analisis (analisis bagian, analisis fungsional, analisis proses, analisis kausal) (Keraf 1986: 7).
Identifikasi merupakan suatu metode untuk menggarap sebuah eksposisi
sebagai jawaban atas pertanyaan apa itu?, siapa itu?. Berdasarkan hubungan ini
makna yang tepat untuk pengertian identifikasi adalah proses penyebutan unsur-unsuryang membentuk suatu hal sehingga ia dikenal sebagai hal tersebut, dengan kata lainmetode identifikasi merupakan sebuah metode yang berusaha menyebutkan ciri-ciriatau unsur-unsur pengenal suatu objek tersebut.
Perbandingan adalah suatu cara untuk menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara dua objek atau lebih dengan menggunakan dasar-dasartertentu. Tujuan perbandingan adalah membicarakan sesuatu yang dianggap belum diketahui pembaca, dengan membandingkannya dengan hal lain yang udah dianggapsudah diketahui oleh para pembaca.
Ilustrasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambar atau penjelasan yangkhusus dan konkret atas suatu prinsip umum atau sebuah gagasan umum. Dalam metode ilustrasi atau eksemplifikasi pengarang ingin menjelaskan suatu prinsip umum atau suatu kaidah yang lebih luas lingkupnya dengan mengutip atau
menunjukkan suatu pokok yang khusus yang tercakup dalam prinsip umum atau
kaidah yang lebih luas cakupannya itu.
Klasifikasi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkanpengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasimerupakan metode untuk menempatkan barang-barang dalam suatu sistem kelas.
Klasifikasi juga merupakan metode yang sering dipakai dalam menyusun kaidah-kaidah ilmiah, khususnya untuk sampai pada suatu pengetahuan baru.
Definisi merupakan suatu proses yang berusaha meletakkan batas-batas
penggunaan sebuah kata, seperti tampak dalam makna dari unsur-unsur kata itu
sendiri. Definisi juga dapat digunakan sbagai suatu metode penulisan eksposisi.
Definisi memberikan pengetahuan kepada kita “barang itu sebenarnya apa”.
Analisis adalah suatu cara membagi-bagi subjek ke dalam komponenkomponennya.Jadi, analisis berarti melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesuatu yang terikat. Analisis sama sekali tidak menciptakan komponen-komponen.Bagian-bagian itu ditemukan oleh penulis, bukan diciptakan oleh penulis, denganmenemukan bagian-bagian itu penulis meminta pembaca untuk memperhatikan bagian-bagian tersebut.

3.    Cara pengembangan Eksposisi
Pola pengembangan paragraf eksposisi ada beberapa cara sebagai berikut.
1.)    Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
 a) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
b)  penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
c)  penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas.



2.)    Pola Sebab-akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
3.)    Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
4.)    Pola Khusus-umum (induksi)
Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum. 
5.)    Pola Perbandingan
Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan dengan kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti halnya,demikian juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai dengan).
6.)    Pola Pertentangan/kontras
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain. Kata hubung (biarpun, walaupun,berbeda,berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu).
7.)    Pola Analogi
Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi /fungsi dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi.
8.)    Pola Pengembangan Klasifikasi
Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. 
9.)    Pola Pengembangan Definisi
Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya dilengkapi oleh pembaca.




4.    Langkah-langkah Menulis Eksposisi
Keterampilan penulis memadukan dua unsur yaitu sifat topik yang ditulis dan teknik penyajian yang digunakan dengan rangkaian bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah eksposisi. Eksposisi mengandung tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh eksposisi, dan kesimpulan.
Pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik itu, luas
lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka
acuan yang digunakan. Pada tulisan populer, pendahuluan tidak perlu menyajikan
semua unsur yang dikemukakan sebelumnya, cukup dipilih beberapa saja dari semua segi di atas untuk mengembangkan tulisan eksposisi.
Pada tubuh eksposisi, penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. kesimpulan dalam karangan eksposisi tidak mengarah pada usaha mempengaruhi pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. hal terpenting dalam menulis eksposisi, penulis mampu menyajikan informasi untuk memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca (Keraf, 1986: 8-10).
 Langkah-langkah menulis karangan eksposisi sebagai berikut.
1.      Menetapkan tema tulisan
Agar tidak terlalu sulit dalam menulis dan tulisan tidak menjadi dangkal tema yang akan  diuraikan jangan terlalu luas atau umum. Misalnya eksposisi dengan tema “lalu lintas” terlalu luas, dapat mempersempit tema tersebut  menjadi lebih kecil seperti:
o   kemacetan lalu lintas di jalan raya
o   pelanggaran lalu lintas di jalan raya
o   peranan polisi dalam lalu lintas di jalan raya
o   disiplin masyarakat berlalu lintas di jalan raya, dsb.

2.      Menentukan tujuan tulisan
Tujuan tulisan ditetapkan agar pokok persoalan yang ditulis mudah dipahami pembaca. Misalnya kita akan menulis eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya”, tujuan menulis dapat ditentukan, seperti:
o   Menjelaskan bahwa setiap hari lalu lintas di jalan raya mengalami kemacetan
o   Menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas di jalan raya dapat mengganggu kegiatan kita.
o   Menerangkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya kemacetan lalu lintas di jalan raya
o   Menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas di jalan raya, dsb.

3.      Mengumpulkan bahan tulisan
Bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh  melalui berbagai sumber, misalnya sumber tertulis (koran, buku, majalah, dsb), wawancara dengan nara sumber, pengamatan langsung terhadap suatu objek, angket yang kita sebarkan kepada masyarakat, dsb.

4.      Membuat kerangka tulisan
Kerangka tulisan dibuat berdasarkan bahan-bahan yang telah diperoleh. Tulisan eksposisi dengan tema “kemacetan lalu lintas di jalan raya” misalnya, dapat kita susun kerangka tulisan seperti berikut ini:

A.  Kemacetan lalu lintas
a.   tidak aneh
b.  menjengkelkan kita
B.  Waktu kemacetan lalu lintas
a.  pagi hari
b.  siang hari
c.  sore hari
C.  Penyebab kemacetan lalu lintas
a.  persilangan dengan kereta api
b.  semakin banyak kendaraan
c.  parkir kendaraan dan pedagang  kaki lima
d.  lampu lalu lintas mati
e.  sikap kurang terpuji para pengemudi
f.   tidak ada polisi lalu lintas
D.  Akibat kemacetan lalu lintas
      a.   waktu terbuang percuma
      b.   boros bahan bakar
      c.   polusi udara dan suara
d.  stres  menyerang kesehatan rohani


5.      Mengembangkan tulisan
o   Kerangka karangan yang telah disusun kemudian dikembangkan. 
o   Kembangkan kerangka karangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta perhatikan pula kohesi dan koherensi kalimat.
o   Jangan lupa berikan judul yang menarik dan sesuai dengan tema tulisan serta tuliskan judul dengan baik dan benar.

Ada beberapa cara penyusunan eksposisi yang penting:
a.       Bahan yang telah dikumpulkan disusun secara kronologis atau berurutan sesuai dengan proses terjadinya,
b.      Susunan dimulai dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, atau dari yang mudah ke sulit,
c.       Susunan berdasarkan persamaan dan perentangan,
d.      Susunan dapat dibuat dari yang umum atau yang khusus atau sebaliknya,
e.       Susunan berupa problem ke pemecahannya,
f.       Susunan berdasarkan sebab dan akibat atau sebaliknya.


Contoh karangan eksposisi

Pengaruh Televisi

Dengan segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi. Namun bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya, belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar televisi dengan tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul ‘Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ mengatakan bahwa:
“Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka.”(1998:74).
Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton televisi. Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam belajar mereka.
Disamping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anak-anak? Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu memang sesuai dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat penting artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan pendorong pertumbuhan anak yang paling utama. Dari orangtualah anak pertama kali belajar tentang sesuatu kebenaran dan kemudian menanamkan kepercayaan atas kebenaran itu. 
Sudah menjadi tanggung jawab orang tua pula untuk selalu mendampingi anak-anak dalam menonton televisi, memberikan pengertian dan penjelasan atas apa yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Memberikan penjelasan kenapa suatu tindak kekerasan bisa terjadi dan apa akibat dari semua itu.
Orang tua juga harus jeli dalam melihat program-program acara televisi yang ditonton oleh anak. Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak moral si anak. Mungkin sebagai orang tua, tidak akan kesulitan untuk langsung melarang seorang anak untuk menonton film-film dewasa yang mengandung unsur seks dan kekerasan secara vulgar, karena dengan memandang sepintas lalu saja sudah jelas diketahui bahwa acara tersebut tidak cocok untuk anak. Tetapi pernahkah orangtua mengamati film-film kartun yang kelihatannya memang sudah layak menjadi konsumsi anak-anak? Pernahkah orang tua peduli bahwa berbagai tayangan film kartun Jepang yang mempertontonkan heroisme, seperti film seri Kenji, Dragon Ball dan sebagainya telah menyebabkan seorang anak menjadi seorang yang agresif? Demikian pula dengan tayangan film-film kartun yang penuh romantisme seperti Sailor Moon? Dan bagaimana pula dengan film-film yang lain?
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tingkat pornografi pada film kartun anak-anak itu cukup tinggi, dan diantara film-film kartun anak di Asia, film kartun produksi Jepang menempati posisi paling tinggi dalam penayangan unsur pornografi. Sebagai contoh, Film Seri Crayon Sinchan yang sekarang begitu di gemari di Indonesia, ternyata di Jepang sendiri film tersebut tidak diperuntukkan untuk konsumsi anak-anak melainkan untuk konsumsi orang dewasa yang ingin kembali ke masa kanak-kanak. Akibatnya saat ini muncul perdebatan yang cukup seru dalam membahas masalah film seri Crayon Sinchan ini.
Sebuah tulisan di Jawa Pos yang mengetengahkan keprihatinan terhadap film tersebut mengatakan bahwa sosok Sinchan itu tidak cocok untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Sinchan sering bertindak kurang ajar dan kekurang ajarannya itu sering mengarah ke masalah seks. Sebagai anak kecil, Sinchan sering bermimpi tentang perempuan-perempuan dengan bikini dan ia pun senang sekali menyingkapkan rok ibunya.
Memang dikatakan oleh Joseph T. Klapper bahwa media bukanlah penyebab perubahan satu-satunya melainkan ada faktor-faktor lain yang menengahi (mediating factors). Namun bagaimanapun juga, jika mengacu pada teori efek media maka terdapat teori Belajar, dimana seseorang itu belajar melakukan sesuatu dari media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan ucapan atau lagu-lagu yang di dengarnya di televisi. Mereka pun dengan segala kepolosan dan keluguannya sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku tokoh idolanya di televisi. Dengan demikian tidaklah mustahil jika anak-anak pun akan menirukan kenakalan Sinchan dengan segala kekurang ajarannya. Atau menirukan tindakan Superman ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain yang dianggapnya sebagai musuh. Dan ini menjadi langkah pembenar setiap anak-anak berbuat sesuatu, yang bisa jadi melanggar norma umum yang ada di tengah masyarakat kita.
Langkah Antisipasi
Bagaimanapun juga kehadiran televisi merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar sebagai sarana untuk memudahkan kita mengakses setiap informasi tapi juga berperan sebagai sarana penghibur yang mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, tetap saja efek negatif selalu ada dan ini perlu untuk diantisipasi secara serius. Apalagi kalau yang terkena dampaknya adalah anak-anak yang notabene mereka akan menjadi iron stock di masa datang.
Secara khusus penulis berharap orang tua yang secara langsung berhubungan dan berkaitan dengan pengaruh televisi terhadap anak-anak bisa mengambil langkah-langkah nyata. Walaupun tidak menutup kemungkinan memberikan alternatif solusi terhadap pihak terkait seperti pihak media televisi dan para pemerhati media secara umum. Pertama, jelas perlu ada sosialisasi secara massif kepada para orang tua tentang bahaya program yang ada di televisi pada setiap media yang ada, termasuk koran ini dan juga diperlukan kewaspadaan yang penuh dengan tidak membiarkan anak-anak menonton televisi dengan bebas. Meskipun label pihak televisi yang diberikan adalah acara untuk anak. Kedua, perlu penjagaan program acara televisi secara langsung dengan cara mendampingi waktu anak-anak menonton televisi dan sekaligus bisa memberi penjelasan saat dibutuhkan. Untuk itu, kesiapan orang tua untuk mendampingi di tengah kesibukan seabrek kegiatan mutlak diperlukan. Ketiga, perlu diupayakan pemberdayaan masyarakat dengan diadakan lembaga kontrol yang bisa memberi masukan dan kajian kritis tentang isi program siaran televisi dan dampak yang ada.




  


DAFTAR PUSTAKA


Adinugroho, Siswandi. 2009. Menulis Eksposisi. (Online).               (http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/12/03/menulis-eksposisi/,diakses  5 Juni2014).

Adiansyah, Yusri. 2013. Pola Pengembangan Paragraf. (Online).   (http://yusrimsdpunsa.blogspot.com/2013/01/v-            behaviorurldefaultvmlo.html, diakses 5 Juni 2014).

Arifin, Zaenal & Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:           Akademika Pressindo.

Azza, Ibuke. 2012. Menulis Karangan Eksposisi. (Online).   (http://youneeazza.blogspot.com/2012/11/menulis-karangan-        eksposisi.html, diakses 5 juni 2014).

Jarir, Mukh. 2014. Contoh Teks Karangan Eksposisi. (Online).         (http://www.berkoh.com/2013/11/contoh-teks-karangan-eksposisi.html,         diakses 5 Juni 2014).

Keterampilan Menulis. (http://eprints.uny.ac.id/8133/3/BAB%202-  07201241038.pdf, diunduh 5 Juni 2014).

Paragraf Eksposisi. (online). (http://xipa3      smandaku.blogspot.com/2013/11/paragraf-eksposisi.html, diakses 5 Juni            2014).

Wijaya, Sapto. 2013. Eksposisi. (Online).       (http://saptowijaya.blogspot.com/2013/10/eksposisi.html, diakses 5 Juni            2014).




10
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an

Pendekatan Pragmatik

Sastra Angkatan '66