PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MENYIMAK EFEKTIF DENGAN GAYA TERAPI






5.1 Uraian

            Kegiatan menyimak dengan gaya terapi, oleh para ahli sering sekali dianggap sebagai suatu kegiatan penting. Menurut para ahli psikologi, keutamaan mendengar atau menyimak bagi anak, cakupanya sangat luas, meliputi anak usia belasan tahun, masa dewasa, dan usia-usia di sekitar itu.

            Beberapa penelitian bahkan telah dilakukan sebagai upaya mencari cara pengembangan kemampuan komunikasi yang efektif. Satu di antara penelitian-penelitian tersebut adalah empathy listening. Yang dimaksud dengan menyimak empatis atau empathy listening ini adalah suatu cara bagaimana penyimak dapat mengerti secara peka masalah yang dikemukakan pembicara.

Penyimak yang empatis juga dapat mendorong pembicara mengenali permasalahannya sendiri serta berupaya mengatasi ketidakselarasan yang ditemuinya (Corey, 1998).

Kebutuhan mendengar dengan disertai empati dapat dilakukan dalam berbagai masalah dan sesuai dengan keadaan. Contohnya, seorang guru yang berpengalaman dalam menyimak empatis dapat berperan dalam menentukan produktivitas dan prestasi siswa.

5.1.1 Menyimak Terapeutik
            Pengembangan kemampuan menyimak terapeutik sangat penting sangat penting dimiliki oleh kelompok-kelompok profesional, termasuk guru. Menyimak terapeutik memainkan peranan pula dalam kegiatan kependidikan. Untuk menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya pengembangan diri siswa, guru harus dapat mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi secara empatis, misalnya memperlihatkan rasa hormat, menghargai, terbuka, dan jujur.

5.1.2 Beberapa Keterampilan yang Terlibat dalam Menyimak Teraputik
5.1.2.1 Memusatkan Perhatian
            Seorang penyimak terapeutik yang baik dapat mencurahkan perhatiannya secara penuh kepada pengirim pesan. Dengan kata lain, energi yang dikeluarkan untuk memberikan perhatian kepada pembicara tidak terbagi-bagi dengan pikiran-pikiran lain. Ia senantiasa berupaya secaa sadar melakukan pembebasan dirinya dari masalah-masalah pribadi, atau gangguan-gangguan internal dengan cara mengarahkan seluruh energi perhatiannya kepada pembicara dan kepada apa yang dibicarakannya. Seorang pendengar terapeutik selalu berusaha menciptakan lingkungan yang tenang dan menjaga harga diri pembicara, misalnya dengan menyekat ruangan agar terhindar dari sumber kegaduhan.
5.1.2.1 Memperlihatkan (Sikap) Memperhatikan.
            Sikap perhatian ini dapat ditunjukan oleh pendengar melului mimik, gerak tubuh, dan respon-respon bagian tubuh lainnya. Perilaku memperhatikan juga akan ditentukan oleh penempatan posisi tubuh. Posisi tubuh yang menunjukkan sikap positif dalam memperhatikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya:
11      orientasi tubuh secara langsung (berhadap-hadapan dengan pembicara);
22      mengarah badan ke pembicara;
33     Menempatkan badan pada jarak interaksional yang dekat (berdekatan dengan pembicara).
Selanjutnya sikap tubuh lainnya dengan tenang, terbuka, dan berada pada posisi santai. Perilaku lain untuk menunjukkan sikap memperhatikan dapat  dengan gerakan non verbal, misalnya mengangukkan kepala, menggelengkan kepala, mempertahankan ekspresi wajah dalam keadaan tetap responsif, dan bersikap ekspresif. Apabila perlu berbicara, bicaralah dengan suara wajar dan hangat (menyenagkan).
Menurut Theodor Reik (1950) perilaku memperhatikan lainnya adalah dengan menunjukkan sikap diam. Sikap diam menunjukkan kesan tersendiri yang lebih berharga dari kata-kata. Banyak pembicara yang tidak ingin pembicaraannya terpenggal atau terganggu oleh kata-kata lain. Ia menginginkan si penyimak yang benar-benar dapat memperhatikan setiap kata-kata yang diujarkannya.
5.1.2.2 Menciptakan Iklim Komunikasi yang Mendukung
            Dengan terciptanya iklim yang baik, baik pendengar maupun pembicara, masing-masing mendapat keuntungan positif. Keuntungan yang paling besar ari penyimak adalah tercapainnya pemahaman yang mendalam atas pesan-pesan yang disampaikan oleh penutur, sesuai dengan yang diharapkan oleh pembicara. Adapun keuntungan dari sisi pembicara adalah tercapainnya komunikasi terbuka yang lahir dari rasa percaya, dihargai, dan saling membutuhkan.
            Agar terhindar dari komunikasi yang tidak menyenangkan, penyimak harus sadar atau cermat menangkap kesulitan-kesulitan yang dihadapi yang dihadapi pembicara. Apabila ada yang tidak kita terima dari pesan-pesan pembicara, tunjukkan respon “tidak menerima” dengan baik. Berikut contohjenis-jenis respon yang mungkin Anda Berikan.
1)      Menyuruh, mengarahkan
2)      Memberikan peringatan, menyangkal
3)      Mengandung kandumgan moral, bersifat mnasihari
4)      Menyarankan, memberikan usulan
5)      Memberikan sanggahan secara logis atau memberikan argumentasi ilmiah
6)      Menilai, mengkritik
7)      Memuji, menunjukkan sikap setuju, mengavaluasi secara positif
8)      Mengintropeksi, menganalisis, mendiagnosis
9)      Simpati
10)  Bertanya, menginterogasi
11)  Menganggu, berolok-olok, menhindar
Enam karakter iklim komunikasi yang sehat yang dapat dikondisikan oleh penyimak.
1.      Deskriptif. Artinya, penyimak dapat menyampaikan persep terhadap pembicaraan tanpa ada unsur-unsur menilai.
2.      Berorientasi masalah. Artinya, penyimak tidak memberikan respon seolah-olah dia yang mendiktekan pemecahan masalah.
3.      Spontan. Artinya, penyimak bersikap jujur dan terbuka.
4.      Empatis. Artinya, penyimak tidak memperlakukan pembicara sikap tak acuh.
5.      Kebersamaan. Artinya, penyimak memperlakukan pembicara secara demokratis.
6.      Provisionalis. Artinya, hendaknya penyimak bersedia meninjau kembali gagasan atau pikirannya.

5.1.3 Mendengar Disertai Empati
            Menurut Robert Carckhuff (1970), faktor mendasar yang harus dimiliki oleh penyimak adalah “empati”. Namun, agar dapat menumbuhkan sikap empati, seorang penyimak terlebih dahulu harus memahami betul apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan empati.
Empati bukanlah antipati atau simpati, melainkan curahan perasaan dan pemikiran terhadap orang lain (sesama). Agar dapat peduli terhadap orang lain, seorang penyimak harus dapat menumbuhkan kembali dunia orang lain dengan cara:
1.) melakukan pengamatan inderawi terhadap dunia orang lain, seolah-olah peristiwa yang dialami pembicara terjadi pada dirinya;
2.) mampu mengidentifikasi pemikiran dan perasaan pembicara dengan cara memasuki kerangka acuan orang lain (tanpa kehilangan identitas pribadinya); dan
3.) menyusun kembali perasaan dan pikiran penyimak dengan rela menjadi cerminan bagi emosi dan dasar pemikiran orang lain.
Permasalahan utama yang dijumpai dalam penumbuhan empati adalah pertama, dikarenakan adanya perbedaan pribadi yang sangat majemuk antara pihak pembicara dan penyimak. Kedua, ditemukannya adanya resiko pribadi yang terlibat dalammemasuki dunia orang lain dan mengindera bagaimana kehidupan orang lain berjalan berdasarkan pijakan kerangka acuan; dengan cara mengidentifikasi dengan mengadakan pemahaman terhadap orang lain menurut pandangan dunianya sendiri. Terakhir, beberapa faktor pribadi dapat mempengaruhi kemampuan penyimak untuk berempati.
Hal yang paling esensial dalam menumbuhkan empati adalah bahwasannya penyimak harus banyak belajar mengenai orang lain.  Menumbuhkan empati akan lebih mudah dicapai apabila pihak pembicara maupun penyimpan dapat mencurahkan perasaan yang sama. Cara lain untuk mencapai/memperoleh empati adalah dengan cara memasuki dunia orang lain, misalnya seorang aktor, untuk mempersiapkan suatu peran tertentu, terkadang ia harus ikut berinteraksi langsung dengan orang-orang yang akan ia sadur karakternya untuk selanjutnya diperankan dalam panggung.
Dengan berbekal minat untuk memahami pembicara, seorang penyimak empatis yang efektif harus dapat mengalihkan dan dapat memahami keinginan pembicara.

5.1.4 Memberikan Respon dengan Benar
            Memberikan respon secara tepat merupakan suatu kemampuan yang dapat dipelajari oleh penyimak dengan cara memahami respon-respon manakah yang bersifat kondusif atau tidak kondusif bagi eksplorasi diri yang dilakukan oleh pembicara. Satu diantara jenis respon adalah interupsi (menyela). Peneliitian membuktikan bahwa dalam percakapan antara kaum wanita dan pria, 96% interupsi dilakukan oleh kaum pria, sedangkan pada percakapan antara orang tua dan anak, orang tua memegang peranan dalam interupsi, yaitu sekitar 89%.
            Ada beberapa alasan mengapa respon yang diberikan tidak cocok/tepat, diantaranya karena:
1.      penyimak sering tidak mempunyai kewenangan memberikan saran;
2.      penyimak cenderung mengabaikan individualisme pembicara;
3.      penyimak menawarkan saran yang memberikan implikasi bahwa seakan-akan penyimak tidak memandang pembicara bersamaan kedudukannya dengan dirinya (ada kesan atasan-bawahan);
4.      dengan memberikan saran yang disadur dari pembicara, penyimak akan terpojokkan oleh penyimak lain;
5.      penawaran saran akan merupakan halangan bagi pengeekspresian diri dari pembicara;
6.      dengan menawarkan saran, ia dapat mengkomunikasikan kurangnya rasa percaya dalam kapasitas pembicara sebagai pembicara untuk memecahkan permasalahannya, oleh sebab itu akan menurunkan rasa percaya pembicara;
7.      menawarkan saran, dapat mengurangi tanggung jawab pembicara untuk menjelaskan permasalahan dan mengali kemungkinan-kemungkinan solusi untuk permasalahan tersebut.
Penyimak terapeutik yang efektif harus pula memiliki empat karakteristik pribadi lainnya, yaitu:
1.      kebijaksanaan (keleluasan);
2.      kejujuran;
3.      kesabaran; dan
4.      keyakinan.
Dengan respon identifikasi, dapat berarti pula menunjukkan minat penyimak terhadap pembicara maupun pesan-pesan yang disampaikannya, dan dapat pula menjadi ciri bahwa si penyimak berminat untuk memahami pesan yang disampaikan.
Perhatikan satu di antar respon berikut ini “Anda merasa seolah-olah Anda benar-benar dikhianati”. Ungkapan ini merupakan respon perasaan yang menunjukkan sensitifitas perasaan dan minat menyimak terhadap pembicara. Menurut penelitian yang dilakukan Schimanoff (1979), kaum pria mampu mengungkap emosinya secara signifikan dibanding kaum wanita. Ada beberapa jenis kata yang dikelompokkan ke dalam beberapa jenis respon berdasarkan perasaan yang diwakili. Kelompok jenis kata tersebut adalah:
-          perasan marah
-          perasaan sedih
-          perasaan takut
-          perasaan tidak puas
-          perasaan puas
-          perasaan stress
-          perasaan bahagia
-          perasaan cinta
-          perasaan sayang
Perhatikan respon ini, “Kamu pikir si Jones mengecewakanmu, ya?”. Kalimat ini merupakan respon pikiran yang menunjukkan keinginan penyimak untuk memahami pikiran penyampai dan mempunyai kesamaan pikiran dengan pembicara. Untuk menguji pemahamannya, penyimak menggunakan pendekatan pengungkapan kata-kata yang dimakusd untuk meningkatkan pemahaman selama comprehensive listening berlangsung.
Perhatikan pula respon ini, “Apakah saya tidak salah beranggapan bahwa kamu telah dikhianati, sebab menurutmu Jones telah mengecewakanmu?”. Respon ini merupakan perasaan sekaligus juga respon pikiran. Respon ini menunjukkan penyimak menggunakan seluruh media respon sensornya untuk menyimak pesan pembicara secara keseluruhan (biasanya pesan tersebut mengandung pikiran dan perasaan), menunjukkan keiinginan penyimak untuk memverivikasi pemahamannya dengan menggunakan pengguraiaan kata-kata.
Seringkali penyimak memberikan responnya dengan mengatakan, “Saya mengerti dengan apa yang Anda katakan.”, atau “ Sya mengerti dengan apa yang Anda rasakan.”, dan umumnya pula pembicara menerima respon tersebut sebagai indikator pemahaman.

Sumber: Sutari, Ice, Tiem Kartimi & Vsmaia. 1997. Menyimak. Jakarta:Departemen                   Pendidikan dan kebudayaan.

                 
     


             
 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an

Pendekatan Pragmatik

Surah Al-‘Alaq