Berpikir Induktif
A. Pengertian
Berpikir Induktif
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Jalan induksi mengambil jalan tengah yakni di antara
jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari
satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu.
Berpikir
secara induktif merupakan suatu cara berpikir dengan mendasarkan pada
pengalaman-pengalaman yang diulang-ulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan
fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian di antara fakta-fakta
tersebut sehingga masing-masing fakta memiliki keterkaitan satu sama lain.
Dengan demikian, berpikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari
berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi
suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-kasus khusus tersebut ke dalam
suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat, berpikir secara induktif
berarti berpikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
Berpikir
secara induktif merupakan suatu alat generalisasi dari pemikiran kita untuk
kemudian dijadikan suatu pegangan umum atas kejadiaan tertentu. Kebanyakan dari
pengetahuan sehari-hari kita juga merupakan hasil dari berpikir induktif. Api
itu panas, es itu dingin, dan mendung itu pertanda akan hujan merupakan hasil
dari pola pikir induktif. Dengan demikian, berpikir secara induktif merupakan
suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian
dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-kasus
khusus tersebut ke dalam suatu bentuk pemahaman yang umum.
B.
Ciri-ciri Berpikir Induktif
Berpikir
induktif memiliki ciri-ciri tertentu yaitu sebagai berikut.
1.
Terlebih dahulu
menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
2.
Menarik simpulan
berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
3.
Simpulan terdapat di
akhir paragraf.
4.
Menemukan kalimat utama,
gagasan utama, kalimat penjelas.
5.
Kalimat utama paragraf
induktif terletak di akhir paragraf.
6.
Gagasan utama terdapat
pada kalimat utama.
7.
Kalimat penjelas terletak
sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus.
8.
Kalimat penjelas
merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama.
C.
Jenis-jenis Berpikir Induktif
Berpikir
induktif dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan
sebab akibat.
1.
Generalisasi.
Generalisasi adalah penalaran
induktif dengan cara menarik simpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili.
Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
Generalisasi sendiri
dapat dibagi menjadi dua yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi tidak
sempurna. Generalisasi sempurna adalah generalisasi yang seluruh fenomenanya menjadi
dasar penyimpulan yang diselidiki. Generalisasi sempurna ini memberikan simpulan yang kuat dan tidak dapat diserang, tetapi tetap saja yang belum diselidiki. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktifmwnyatakan bahwa fakta yang diberikan cukup banyak
dan meyakinkan.
Contoh :
a.
Jika dipanaskan, besi
memuai.
b.
Jika dipanaskan, baja
memuai.
c.
Jika dipanaskan, tembaga
memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
Sedangkan generalisasi
tidak sempurna adalah generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan simpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi dapat
dicontohkan dengan pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini yang belum dapat dikatakan seragam dengan perbedaan dalam struktur kalimat, intonasi dan
pengucapannya. Generalisasi Tidak Sempurna
/ Dengan loncatan induktif menyatakan bahwa fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena
yang ada.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah
manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa
pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Dalam surat kabar, radio, dan televisi, pemakaian bahasa Indonesia tidak lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya
juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta tersebut menunjukan
bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Ada tiga cara pengujian untuk
menentukan generalisasi. Pertama, menambah jumlah kasus yang diuji, dapat juga
menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis
untuk menentukan generalisasi (mencapai probabilitas). Kedua, hendaknya melihat
sample yang diselidiki cukup representatif mewakili kelompok yang diperiksa.
Ketiga, apabila ada kekecualian, juga diperhitungkan dan diperhatikan dalam
membuat dan melancarkan generalisasi tersebut.
Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif. Contoh:
a. Jika dipanaskan,
besi memuai.
b. Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
c. Jika
dipanaskan, emas memuai.
d. Jika
dipanaskan, platina memuai.
e. Jika
dipanaskan, logam memuai.
f.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
g. Jika ada
udara, hewan akan hidup.
h. Jika ada
udara, tumbuhan akan hidup.
i.
Jika ada udara mahkluk hidup akan
hidup.
2.
Analogi.
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Simpulan yang diambil dengan
jalan analogi yakni simpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus
yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya. Dalam berpikir analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan
baru itu dan dapat menarik simpulan bahwa
jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang
yang lain. Pada pembentukan simpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita
didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada
dasarnya hanya membandingkan persamaan-persamaan
dan kemudian dicari hubungannya. Maka simpulan yang diambil sering tidak logis.
Bedasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa berpikir analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data.
Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkan dua hal yang
berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik
suatu simpulan. Analogi dapat dibuat contoh sebagai berikut. Banyak yang tertarik dengan planet Mars karena banyak persamaannya dengan bumi. Mars dan Bumi menjadi anggota tata
surya yang sama. Mars mempunyai atmosfer dan temperatur hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada.
Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi.
Jika di Bumi ada mahluk hidup, tidak mungkin
ada mahluk hidup lain di planet Mars.
Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal
yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap
bagiannya. Tujuan dari analogi :
a.
Meramalkan kesamaan.
b.
Mengelompokkan
klasifikasi.
c.
Menyingkapkan
kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
3.
Kausal.
Kausal merupakan proses penarikan simpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Kausal terdiri dari tiga pola yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan
akibat-akibat.
a)
Sebab
ke akibat yaitu dari peristiwa yang dianggap
sebagai akibat ke simpulan sebagai efek.
Contoh:
a.
karena terjatuh di
tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.
Anak-anak berumur 7 tahun
mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social
dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang
berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter
anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.
b) Akibat ke sebab yaitu dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang
dianggap penyebabnya.
Contoh:
a.
jari kelingking Anwar
patah karena memukul papan itu.
b.
Dalam bergaul anak dapat
berprilaku aktif. Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan
mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu
mambuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak
ketika memasuki usia sekolah.
c) Akibat ke akibat yaitu dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Contoh:
Mulai
tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak
tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan
harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya
ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang
tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang
pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus
diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh
karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha
menaikan pendapatan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggreini, Dina. 2013. Cara Berpikir Deduktif dan Induktif. (On-line). (http://dinaanggreini65.blogspot.com/2013/10/cara-berpikir-deduktif-dan induktif.html, dikunjungi 14 November 2014).
Fadlilah,
Noor. 2012. Makalah Pemikiran Induktif. (On-line). (http://noorfadlilah.blogspot.com/2012/12/makalah-pemikiran induktif.html, dikunjungi tanggal 14 November 2014).
Rini, Priani. 2012. Penalaran Induktif. (On-line). (http://prianirini.blogspot.com/2012/10/penalaran-induktif.html, diunduh tanggal 16 November 2014).
Santo, Kusikh. 2010. Berfikir
Induktif. (On-line). (http://kusikhsanto.wordpress.com/2010/04/14/berpikir-induktif/, dikunjungi
tanggal 14 November 2014).
Sitepu, Siti Fatimah. 2012. Metode Berfikir Induktif dan Deduktif. (On-line). (http://www.academia.edu/5086030/Filsafat_Ilmu_Berfikir_Induktif_ded ktif?login=&email_was_taken=true, dikunjungi tanggal 14 November 2014).
Komentar
Posting Komentar